Dia tak lain adalah orang yang merancang pesawat jenis Fokker pada tahun 1890.
Anthony bisa sampai ke sana, karena ayahnya, Herman Fokker Sr, ditugaskan Pemerintah Belanda untuk bekerja di perkebunan itu.
Pada saat tinggal di Blitar itulah Anthony Fokker lahir sampai usia empat tahun, sebelum kemudian balik ke Belanda.
“Makanya dalam waktu dekat saya akan menghubungi keduataan Belanda atau keluarganya yang masih ada. Kalau dibolehkan, saya akan membuat monumen bahwa di sinilah tempat lahirnya perancang pesawat itu,” ujar Wima.
(Baca juga: Tak Perlu ke Salon, Begini Cara Merapikan Alis yang Praktis di Rumah)
Seru Buat Keluarga
Namanya juga perkebunan kopi, tentu ada juga bangunan yang berfungsi sebagai pengolahan kopi.
Para ahli kopi mengolah biji kopi mulai menyangrai, menggiling, sampai menjadi kopi untuk dijual di kafe atau dikemas, kemudian dijual kepada masyarakat yang berkunjung.
Jika kita datang, kita bisa melihat langsung bagaiman proses pembibitan hingga proses pengolahan menjadi kopi bubuk.
Tentu ada guide yang bisa menjelaskan. Menariknya, agar suasana tempo dulu semakin terasa, ia mendatangkan bule dari luar negeri sebagai volunteer atau relawan yang akan membantu dirinya sehari-hari.
(Baca juga: Pantas Saja Donat Tidak Bulat Sempurna, Inilah Kesalahan yang Sering Kita Lakukan)
Bule itu tanpa dibayar, mereka sehari-harinya melayani pembeli di kafe.
“Angan-angan saya untuk menjadikan agrowisata suasana tempo dulu akhirnya tercapai,” kata Wima bangga.
Bule yang jadi volunteer datang bergantian setiap dua minggu sekali.
Kebetulan mereka juga pengin belajar dan melihat dari dekat kebun kopi.
Mereka mengaku di negaranya sebagai penikmat kopi, tapi belum pernah tahu bagaimana wujud pohon kopi sebenarnya.
(Baca juga: Gagal Bikin Bolu Kukus Layaknya Buatan Bakery? Jangan Lakukan 6 Kesalahan Ini Lagi!)
Rupanya, selain jadi pelayan kafe, pada hari biasa mereka diminta mengajar bahasa Inggris untuk anak-anak kampung di sekitar perkebunan.
“Anak-anak jadi senang sih, mereka diajar langsung oleh bule secara gratis,” ungkap Wima yang juga seorang pianis musik klasik tersebut.
O, iya. Untuk masuk ke kawasan perkebunan, dipatok tiket masuk seharga Rp5000 untuk hari biasa dan Rp30.000 untuk hari Minggu dan hari besar.
Selain perkebunan kopi dan museum, juga ada playground untuk anak, sewa motor ATV buat mengeliling kebun kopi.
“Kalau jalan, kan tidak mungkin. Dengan motor ATV ini, kita bisa blusukan ke kawasan kopi tanpa terasa capek,” kata Hanafi, yang sering mengajak keluarganya berkunjung ke perkebunan.
Pemandangan indah dan suasana yang nyaman, memang asyik buat dikunjungi!
(Gandhi Wasono M.)
Berita yang lebih lengkap dan dalam ada di Tabloid NOVA. Belinya enggak repot, kok.
Sahabat NOVA bisa pilih langganan di Grid Store, atau baca versi elektroniknya (e-magz) di Gramedia.com, MyEdisi, atau Majalah.id.
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR