Ini karena perjalanan komuter yang panjang membuat banyak orang harus berangkat pagi-pagi buta dan melewatkan waktu sarapan, sehingga lebih memilih untuk membeli makanan cepat saji yang seadanya dan berkalori tinggi selama di perjalanan.
Dan tentu saja, berlama-lama duduk di mobil atau berdempetan di kereta atau bus meninggalkan sedikit waktu untuk mendapatkan aktivitas fisik yang cukup — yang dapat berkontribusi untuk peningkatan indeks massa tubuh dan tekanan darah tinggi.
4. Tensi darah naik
Perjalanan yang panjang selama jam sibuk — ditambah dengan kecemasan datang terlambat ke kantor — dapat mengakibatkan peningkatan stres yang meningkatkan tekanan darah kita.
Ini dibuktikan dalam eksperimen dari tim peneliti University of Utah, di mana partisipan diberitahu bahwa mereka terlambat untuk pertemuan dan akan diberikan insentif uang jika berhasil mencapai tujuan mereka secepat mungkin.
Orang-orang yang melaju di kondisi lalu lintas yang lebih intens dilaporkan memiliki tingkat stres serta tekanan darah yang lebih tinggi daripada kelompok partisipan yang berkendara di jalanan santai.Tekanan darah tinggi dari waktu ke waktu merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung dan stroke.
Jika merasa selalu terburu-buru, mungkin layak untuk mempertimbangkan berangkat ke kantor setidaknya sejam sebelum jam sibuk — bahkan jika kita tiba di tempat kerja pada waktu yang sama seperti biasa.
Dengan begini kita pasti akan merasa kurang cemas selama di perjalanan.
5. Risiko sakit leher kronis
Sepertiga dari pekerja yang menghabiskan perjalanan ke kantor lebih dari 90 menit per hari mengatakan mereka mengalami sakit leher dan punggung yang tak kunjung mereda, menurut sebuah jajak pendapat Gallup tahun 2010.
Namun, dari semua pegawai yang memerlukan waktu hanya 10 menit atau kurang untuk pulang-pergi ke tempat kerja, hanya satu dari empat orang yang melaporkan nyeri punggung.
Waktu ekstra yang dihabiskan untuk duduk membungkuk di kursi atau saat berdiri di bus dan kereta berperan besar dalam memupuk masalah ini.
Source | : | Nova |
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR