NOVA.id – Kita sering mendengar anggapan bahwa merebahkan tubuh setelah kenyang makan dapat menyebabkan kenaikan berat badan drastis.
Padahal, rasa kantuk pasti sering muncul ketika kita kenyang, bukan?
Menurut Massachusetts Institute of Technology, sebenarnya tidur setelah makan tak membuat gemuk, namun tetap ada alasan mengapa kebiasaan tersebut buruk bagi kesehatan.
(Baca juga: Tampil Cantik dan Percaya Diri, Inilah Makeup Tepat untuk si Kacamata)
Dr. Hardianto Setiawan Ong, Sp.PD-KGEH, FINASIM., spesialis penyakit dalam dan konsultan gastroenterologi dan hepatologi dari Siloam Hospitals Kebon Jeruk, Jakarta menjelaskan bahwa kerja sistem pencernaan dalam kondisi perut yang penuh setelah terisi makanan akan terhambat ketika kita merebahkan tubuh atau bahkan tidur.
“Saat kenyang, makanan dari lambung bisa naik lagi ke tenggorokan lalu menimbulkan sensasi terbakar atau refluks asam,” jelasnya pada NOVA.id.
Refluks asam atau juga disebut dengan gastroesophageal reflux disease (GERD) terjadi karena katup antara perut dan kerongkongan tidak menutup sepanjang jalan, sehingga menimbulkan sensasi terbakar karena asam lambung juga makanan kembali ke tenggorokan.
(Baca juga: Meski Sepele, Saat Cuci Tangan Kita Kerap Melakukan Kesalahan loh, Salah Satunya Terburu-buru!)
Tak hanya menyebabkan refluks asam atau GERD, kebiasaan tidur setelah makan bisa menyebabkan beberapa gangguan kesehatan lain, seperti yang dijelaskan dalam www.livestrong.com.
Pertama, naiknya berat badan karena tak ada kesempatan bagi kita untuk membakar kalori apabila kita langsung tidur setelah makan kenyang.
Gangguan kesehatan berikutnya adalah rasa panas di dada atau heartburn yang dipicu oleh kelebihan asam lambung sehingga menimbulkan rasa panas dari perut hingga ke dada, bahkan terkadang juga sampai ke tenggorokan.
(Baca juga: Ingin Punya Banyak Penonton, Aksi Nekat YouTuber Ini Malah Berujung Tragis)
Yang lebih parah, kebiasaan ini bisa meningkatkan risiko terkiena stroke seperti yang disebutkan dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh University of Ionnina Medical School, Yunani.
Stroke bisa terjadi karena refluks asam memiliki risiko menyebabkan sleep apnea atau berhentinya pernapasan saat tidur yang meningkatkan risiko stroke.
Penyebab lainnya adalah sistem pencernaan yang bekerja keras sehingga bisa meningkatkan tekanan darah, kadar gula darah, dan mungkin saja mempengaruhi kolesterol yang meningkatkan risiko stroke.
(Baca juga: Sering Salah, Ternyata Ini Langkah Tepat Saat Mencuci Wajah)
Nah, sebaiknya jangan lagi melakukan kebiasaan ini, ya! (*)
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR