Sempat vakum beberapa saat, usaha Cuk.bi kembali digeluti begitu kembali dari Bogor ke tanah kelahirannya di Tanjung Ampalu.
(Baca juga: Berdebat untuk Jenguk Anaknya, Seorang Kakek Tua Tega Lakukan Hal Ini kepada Istrinya, Sadis!)
“Mya mulai mengikuti sejumlah lomba, dan mendapat apresiasi dari kementerian,” cerita Rahmi, yang saat ini lebih banyak berada di rumah untuk mengawasi produksi Cuk.bi.
Di tangan Mya, Cuk.Bi mendapat sentuhan tiga rasa: pedas, petai, dan rasa original.
Migrasi Usaha
Namun, usaha yang dijalani Mya memang tak mudah membalikkan telapak tangan.
Ada saja kendala yang harus dihadapi.
Kata Rahmi, Cuk.bi sempat berhenti produksi selama enam bulan karena sulitnya mendapatkan lokasi untuk tempat produksi di Kota Bogor.
Beruntung, persoalan ini terpecahkan kemudian saat salah seorang kerabat bersedia meminjamkan rumahnya untuk produksi Cuk.bi.
(Baca juga: Mitos atau Fakta? Perempuan yang Sedang Menstruasi Dilarang Berkunjung ke Habitat Komodo)
"Setelah dipinjamin fasilitas rumah oleh Pak Boy baru mulai lagi," cerita Rahmi.
Namun, bukan hanya rumah produksi yang sempat jadi kendala, ketersediaan bahan baku daun singkong berkualitas baik di daerah itu juga sangat terbatas.
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR