Inspeksi teknik akan dilakukan beberapa kali untuk memastikan hasil yang akurat.
(Baca juga: Miris! Gara-Gara Rp 16 Juta, Seorang Istri di Sulawesi Disandera Majikan Selama Sebulan)
Jika tekanan darah tinggi, dokter mungkin meminta kita untuk memeriksa kembali dan melacaknya berulang kali secara berkala.
Bila tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg dalam pemeriksaan biasa, dokter akan mendiagnosis kita mengidap tekanan darah tinggi.
Jika kita menderita penyakit kronis, misalnya diabetes atau penyakit ginjal, dan tekanan darah lebih 130/80 mm Hg, kita juga terdiagnosis hipertensi.
(Baca juga: Pantas Banyak Digunakan Sebagai Bahan Dasar Produk Kecantikan, Ternyata Ini 5 Manfaat Minyak Argan untuk Kulit)
Dokter akan meminta kita untuk berbaring terlentang untuk mengukur tekanan darah kita.
Tekanan darah akan lebih rendah pada anak-anak daripada orang dewasa dan akan meningkat secara bertahap seiring bertumbuhnya anak.
Kita perlu bertanya kepada dokter untuk mengetahui lebih jelas tentang tekanan darah yang normal.
(Baca juga: Curhat Nagita Slavina soal Pertengkarannya dengan Raffi Sebelum Akhirnya Menikah)
Perlu dipahami juga, hasil bacaan tekanan darah di dokter dan di rumah bisa berbeda.
Pasalnya, jika kita merasa gugup setiap berada di rumah sakit atau di tempat praktik dokter, tekanan darah dapat naik pada setiap kunjungan.
Sehingga, tentu sahja, hasil yang terlihat dari pemeriksaan dokter pun bahwa tekanan darah umumnya tinggi.
Fenomena ini disebut juga “white coat hypertension”.
(Baca juga: Sambangi Danau Toba, Lihat Aksi Iriana Jokowi saat Menari Tortor hingga Ucapkan Kata 'Horas!')
Karena itu, dokter mungkin ingin mengukur tekanan darah kita lebih dari satu kali, dan jauh dari ruang praktik.
Ini akan membantu menentukan apakah kita hanya mengalami "white coat hypertension", atau kita benar-benar memiliki tekanan darah tinggi.
Jika kita memiliki "white coat hypertension", kemungkinan risiko tekanan darah tinggi bisa terus meningkat di masa depan.
Oleh karena itu, penting untuk memeriksa tekanan darah ke dokter atau ahli kesehatan lain setidaknya setiap 6-12 bulan. (*)
(Glori K. Wadrianto/Kompas.com)
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR