NOVA.id – Tekanan darah tinggi merupakan salah satu gangguan kesehatan yang bisa memicu penyakit berat lainnya.
Gangguan kesehatan yang juga disebut hipertensi ini adalah kondisi permanen di mana tekanan darah terus menerus tinggi atau lebih dari 140/90 mmHg.
Kita tidak bisa merasakan hipertensi.
(Baca juga: Tabah Menanti, Laudya Cynthia Bella Panjatkan Doa Agar Segera Diberi Momongan)
Banyak orang yang bahkan tidak tahu mereka memiliki darah tinggi.
Hipertensi bisa muncul tanpa gejala fisik, yang diam-diam merusak pembuluh darah dan menyebabkan ancaman kesehatan yang serius.
Pasalnya hipertensi bukanlah penyakit yang berdiri sendiri, melainkan suatu sindrom atau kumpulan gejala penyakit di dalam tubuh.
(Baca juga: Yuk Cintai Mobil Kita! Buktikan dengan Melakukan Perawatan Ini)
Hipertensi bisa disebabkan oleh penyakit lain, seperti penyakit jantung atau penyakit ginjal.
Jika tekanan darah tinggi disebabkan oleh penyakit lain yang mendasarinya, hipertensi bisa disembuhkan dengan cara mengobati akar penyebabnya.
Namun, sebagian besar kasus tekanan darah tinggi, sekitar 85-90 persen kasus hipertensi di dunia tergolong hipertensi primer.
(Baca juga: Patut Dicontoh! Begini Cara Shireen Sungkar Atasi Sakit saat Kontraksi)
Pada sebagian besar kasus, kondisi hipertensi primer yang diderita oleh hampir kebanyakan orang dipengaruhi oleh keturunan (genetik) atau gaya hidup/lingkungan yang tidak sehat.
Untuk beberapa kasus, penyebab hipertensi primer tidak dapat ditentukan.
Hipertensi jenis ini tidak dapat disembuhkan, hanya dapat dikendalikan dengan obat darah tinggi.
(Baca juga: Miliki Kemampuan Setara Pria, Ini Dia 7 Pilot Perempuan Hebat yang Berhasil Mengubah Sejarah Penerbangan Dunia)
Dengan demikian, bila tekanan darah turun, bukan berarti kita sembuh total dari hipertensi.
Kita masih memiliki potensi risiko komplikasi penyakit yang disebabkan oleh hipertensi, apabila gejalanya tidak dikelola dan tekanan darah kembali naik.
Obat dan diagnosis
Pengobatan hipertensi penting untuk mengurangi risiko kematian karena penyakit jantung.
Obat darah tinggi pun harus dikonsumsi rutin dan tepat dosis untuk manfaatnya bisa dirasakan.
(Baca juga: Dijamin Tak Tertipu, Bisa Saja kok Beli Sneaker Asli dengan Harga yang Terjangkau!)
Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk diagnosis tekanan darah tinggi?
Hipertensi didiagnosis melalui teknik tes tekanan darah.
Inspeksi teknik akan dilakukan beberapa kali untuk memastikan hasil yang akurat.
(Baca juga: Miris! Gara-Gara Rp 16 Juta, Seorang Istri di Sulawesi Disandera Majikan Selama Sebulan)
Jika tekanan darah tinggi, dokter mungkin meminta kita untuk memeriksa kembali dan melacaknya berulang kali secara berkala.
Bila tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg dalam pemeriksaan biasa, dokter akan mendiagnosis kita mengidap tekanan darah tinggi.
Jika kita menderita penyakit kronis, misalnya diabetes atau penyakit ginjal, dan tekanan darah lebih 130/80 mm Hg, kita juga terdiagnosis hipertensi.
(Baca juga: Pantas Banyak Digunakan Sebagai Bahan Dasar Produk Kecantikan, Ternyata Ini 5 Manfaat Minyak Argan untuk Kulit)
Dokter akan meminta kita untuk berbaring terlentang untuk mengukur tekanan darah kita.
Tekanan darah akan lebih rendah pada anak-anak daripada orang dewasa dan akan meningkat secara bertahap seiring bertumbuhnya anak.
Kita perlu bertanya kepada dokter untuk mengetahui lebih jelas tentang tekanan darah yang normal.
(Baca juga: Curhat Nagita Slavina soal Pertengkarannya dengan Raffi Sebelum Akhirnya Menikah)
Perlu dipahami juga, hasil bacaan tekanan darah di dokter dan di rumah bisa berbeda.
Pasalnya, jika kita merasa gugup setiap berada di rumah sakit atau di tempat praktik dokter, tekanan darah dapat naik pada setiap kunjungan.
Sehingga, tentu sahja, hasil yang terlihat dari pemeriksaan dokter pun bahwa tekanan darah umumnya tinggi.
Fenomena ini disebut juga “white coat hypertension”.
(Baca juga: Sambangi Danau Toba, Lihat Aksi Iriana Jokowi saat Menari Tortor hingga Ucapkan Kata 'Horas!')
Karena itu, dokter mungkin ingin mengukur tekanan darah kita lebih dari satu kali, dan jauh dari ruang praktik.
Ini akan membantu menentukan apakah kita hanya mengalami "white coat hypertension", atau kita benar-benar memiliki tekanan darah tinggi.
Jika kita memiliki "white coat hypertension", kemungkinan risiko tekanan darah tinggi bisa terus meningkat di masa depan.
Oleh karena itu, penting untuk memeriksa tekanan darah ke dokter atau ahli kesehatan lain setidaknya setiap 6-12 bulan. (*)
(Glori K. Wadrianto/Kompas.com)
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR