“Dalam konteks produk digital, kami rasa penting untuk meneliti bagaimana orang-orang mengambil alih sesuatu yang sebenarnya tidak ada di sana – hanya berupa file di gawai. Itu lebih seperti konsep, bukan barang,” kata Sabrina Helm, pemimpin peneliti.
“Salah satu hasil studi kami: buku digital dan fisik adalah kedua produk yang berbeda. E-book lebih seperti pengalaman layanan. Secara keseluruhan, mereka lebih menawarkan pengalaman yang lebih efisien dan fungsional.”
(Baca juga: Erupsi Gunung Kilauea Ciptakan Api Biru di Sekitar Aliran Lava)
“Sementara dengan buku fisik, Anda akan merasa kaya saat memilikinya karena semua indra terlibat. Mereka adalah produk spesial dan lebih memberikan arti bagi pemiliknya.”
Para partisipan, mengatakan, ada keterbatasan dari e-book karena mereka tidak memiliki kontrol penuh atas produk tersebut.
Contohnya, mereka tidak dapat menyalin e-book ke perangkat lain. Atau memberikannya kepada teman secara langsung.
(Baca juga: Astronom: Supernova Mungkin Bertanggung Jawab Atas Kepunahan Masal)
“Banyak partisipan merasa, harga e-book terlalu mahal, padahal manfaatnya sedikit. Buku digital tidak menawarkan kekayaan yang sama seperti versi cetaknya. Anda hanya membacanya, dan setelah itu tidak ada yang tersisa,” kata Helm.
Meskipun begitu, Helm menegaskan bahwa kedua jenis buku ini memiliki tempatnya masing-masing.
Seorang minimalis mungkin akan lebih senang dengan e-book karena tidak membutuhkan banyak ruang. (*)
(Artikel ini sudah pernah tayang di laman National Geographic Indonesia dengan judul Mengapa Beberapa Orang Lebih Senang Baca Buku Fisik Dibanding E-Book?)
KOMENTAR