NOVA.id - Dalam hidup bersama pasangan, tak mungkin bebas dari konflik, entah itu berbeda pendapat atau berselisih paham.
Reaksi setiap orang dalam menghadapi konflik berbeda-beda.
Ada yang marah-marah, cuek, pura-pura tidak tahu, menghindar, menyindir di media sosial, atau mengomel.
Ada juga tipe yang lebih suka “membesarkan volume”, berteriak seolah menolak diri untuk mendengarkan pasangan.
Masing-masing berusaha memenangkan ego dan meluapkan amarah.
Baca juga: Berulang Tahun Hari Ini, Berikut Fakta Menarik dari Pangeran William
Oleh karenanya, tak hanya ada di remote televisi, kita pun juga harus memiliki tombol "pause".
Pause adalah salah satu cara meredakan konflik yang sifatnya sementara.
Anindita Citra, M. Psi, Psikolog, dari Light House Clinic Jakarta pun berbagi tips agar pause menjadi lebih efektif.
1. Karena sifatnya sementara, usahakan tidak pergi lama-lama atau menunda untuk kembali bertemu pasangan, meminta maaf, dan berusaha memahami perasaan serta sudut padangnya.
2. Kalau sudah ada kesepakatan untuk “pause”, jangan melanggarnya.
Tidak perlu mencurigai dan membuntuti pasangan pergi ke mana atau memaksanya untuk cepat-cepat bicara.
Hal ini justru dapat menyulut perkelahian.
Baca juga: Fenita Arie Unggah Foto Sendiri, Ari Untung:
3. Jangan terlalu cepat dan terlalu banyak meminta masukan/pendapat orang lain, baik itu dari keluarga ataupun teman-teman, terutama ketika kita belum merasa tenang.
Kecuali masalah yang kita hadapi merupakan masalah KDRT.
4. Manfaatkan waktu jeda yang diambil untuk menenangkan diri dengan cara-cara yang positif, misalnya dengan mengatur napas, berzikir bagi yang muslim, mendengarkan musik atau instrumen kesukaan, dan jalan-jalan di taman.
Kalau mau melakukan aktivitas fisik juga boleh saja, misalnya mencuci mobil, berkebun,
atau olahraga.(*)
(Melissa Tuanakotta)
Penulis | : | Healza Kurnia |
Editor | : | Healza Kurnia |
KOMENTAR