NOVA.id - Ketika mengintip dari jendela pesawat, terlihat jejeran bukit kecil yang menyerupai lipatan kain di bawah sana.
Melalui pengeras suara sang pilot mengumumkan bahwa kami telah tiba di Sumba, Nusa Tenggara Timur.
Sepertinya, sang pilot bukan sekadar mengumumkan kami telah tiba, tapi juga mengingatkan, bahwa sehari, dua hari, bahkan seminggu tidak cukup untuk menjelajahi
pesona di daerah timur Indonesia ini.
Nah, supaya Sahabat NOVA memiliki kenangan yang berkesan di Sumba, berikut ini kami sajikan 7 rekomendasi wisata menarik yang ada di Sumba.
(Baca juga: Awas, Jangan Sembarangan Beri MPASI untuk Bayi, Keliru Bisa Fatal!)
1. Rumah Atap Topi
Saat melewati jalur lintas Sumba, tampak satu pemandangan khas yakni rumah atap topi.
Nah, untuk melihat rumah adat Sumba yang asli, kami pun mengunjungi Kampung Adat Praijing, Desa Tebara, Waikabubak, Sumba Barat.
Di sini ada 38 rumah tradisional yang biasa disebut dengan Uma Bokulu (rumah besar) atau Uma Mbatangu (rumah menara).
“Bagian atap rumah ini menjulang di bagian tengah karena berfungsi untuk menyimpan bahan makanan,” kata Pak Marthen Ragowino Bira, salah seorang pemilik rumah adat.
Makanan disimpan di atap agar tidak dicuri oleh hewan ternak.
Selain itu, masyarakat juga percaya bahwa arwah para leluhur yang telah tiada, berkumpul di atap rumah untuk melihat keturunannya beraktivitas.
(Baca juga: Yuk, Intip 5 Gaya Busana Cantik dengan Aksen Lipit, Makin Kekinian!)
2. Kubur Batu
Dahulu orang Sumba beragama Marapu, suatu ajaran agama yang memuja arwah para leluhur.
Agar arwah leluhur tetap dekat dengan keluarga, maka mereka pun dimakamkan di suatu kubur batu yang terletak di depan rumah.
Kubur batu ini pun hampir bisa ditemui di setiap wilayah di Sumba.
(Baca juga: Wah, Tak Sekadar Diminum, Sake Juga Bisa untuk Perawatan Kulit, lho!)
3. Kain Tenun Pucat
Kain tenun Sumba bisa ditemui setiap kali mengunjungi desa adat.
Tapi, tidak semua kain memiliki bahan produksi yang sama, terutama pewarnaan.
“Untuk membedakan kain tenun yang memakai pewarna alami dan sintetis itu dilihat dari
warnanya, kalau sintetis warnanya lebih terang dan setelah dicuci warnanya memudar,
sedangkan yang alami lebih pucat,” ucap Tamu Rambu Mutiara, pengrajin tenun dari Prailiu, Kota Waingapu, Sumba Timur.
“Selain itu kain yang menggunakan pewarna buatan kalau diangkat lebih ringan sementara yang alami lebih berat,” ujarnya menambahkan.
(Baca juga: Bosan Makan Nasi Saat Sarapan? Bikin Bolu Gulung Keju Mini, yuk!)
4. Bukit Raksasa Tidur
Tidak jauh dari pusat kota Sumba Timur, kita bisa melihat raksasa yang sedang tidur, lo!
Tidak perlu takut membangunkan raksasa ini jika datang berkunjung, karena raksasa ini hanyalah sebuah bukit.
Masyarakat menyebutnya dengan nama Bukit Raksasa Tidur, karena jika dilihat dengan saksama, ia terlihat seperti manusia berukuran besar yang sedang tidur terlentang.
Gugusan bukit yang memesona memang menjadi ciri khas Sumba.
Hal itulah yang menyebabkan Sumba dijuluki dengan ‘Negeri Seribu Bukit’.
Hanya berjarak beberapa meter dari Bukit Raksasa Tidur, juga bisa mengunjungi Bukit Wairinding di Desa Pambota Jara, Kecamatan Pandawai.
Bukit berselimutkan padang rumput ini menjadi destinasi wajib bagi para penjelajah yang
datang.
(Baca juga: Kerap Tabrak Motif, Begini OOTD Fatin Shidqia Juara X Factor Indonesia)
5. Kuda Poni Terbaik
Sejak abad ke-18 kuda sudah menjadi bagian kehidupan masyarakat Sumba.
Adalah sandalwood, kuda sumba yang merupakan hasil perkawinan kuda poni lokal dan kuda Arab.
“Namanya diambil dari pohon cendana (dalam bahasa Inggris sandalwood) yang dulu banyak tumbuh di sini,” kata Pak Frans Leba, Kepala Seksi Sejarah dan Budaya Dinas Pariwisata NTT.
Kuda sandalwood punya bentuk tubuh yang gagah, kaki yang kuat, dan mampu bergerak dengan cepat serta lincah.
Enggak heran, kuda sumba ini menjadi salah satu jenis kuda poni terbaik di Indonesia.
Di lapangan Prailiu Rihi Eti di Sumba Timur pada Juli lalu, tampak ratusan kuda dan penunggangnya berkumpul.
Mereka mengikuti Parade 1001 Kuda Sandalwood digelar di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Para penunggang kuda yang menggunakan pakaian tradisional ini akan berkeliling kota menuju Lapangan Swembak.
(Baca juga: Duh, Penyakit Degeneratif Juga Bisa Serang Anak Muda, Ini Penyebabnya!)
6. Kurcaci Menari
Sore hari, saat Matahari hampir tenggelam di ufuk barat, menjadi waktu yang tepat untuk bermain di pantai.
Pantai Walakiri yang berada di Desa Watumbaka, Kecamatan Pandawai bisa menjadi pilihan yang asyik!
Dari kejauhan kita bisa melihat rombongan kurcaci sedang menari!
Tapi begitu mendekat, ternyata itu hanyalah jejeran pohon bakau berukuran kecil.
Pantai ini punya pemandangan lebih indah ketika air laut sedang surut.
Area pasir pantai akan menjadi semakin luas sehingga cocok untuk bermain di pantai ini.
Ada hal unik ketika berjalan di pasir pantai bekas air laut yang surut.
Berbeda dengan pasir di tepian pantai yang bertekstur kasar dan berwarna putih gading, pasir di area surut air teksturnya halus seperti bedak dan padat.
Sehingga ketika bermain di atas pasir tersebut, kaki kita tidak akan tertanam pasir.
Di antara kedua pasir tersebut terdapat garis batas yang cukup jelas, membuat perbedaan ini terlihat jelas.
(Baca juga: Hati-Hati, Jangan Memencet Jerawat pada Segitiga)
7. Air Terjun di Antara Pencakar Langit
Bukan hanya bukit dan pantai, Sumba juga punya air terjun yang asyik untuk bermain.
Salah satu air terjun yang cukup terkenal bernama Air Terjun Tanggedu.
Air terjun ini terletak di Desa Tanggedu, Kecamatan Kanatang, yang berjarak 45 km dari pusat kota Sumba Timur.
Perjalanan kali ini cukup menantang, lho!
Setelah tiba di Desa Tanggedu, kita harus berjalan kaki melewati padang rumput di kaki bukit selama dua jam.
Tapi tenang saja, dengan berjalan santai sambil menikmati pemandangan, tak akan terasa lelah.
Setelah menuruni bukit, kita segera melihat lanskap tebing-tebing batu yang begitu megah.
(Baca juga: Memukau, Ini 10 Potret Blood Moon dari Seluruh Penjuru Dunia!)
Aliran air sungai dan relief bebatuan berada di antara dua tebing tinggi yang menyerupai gedung pencakar langit.
Air terjun di sini berbeda dengan air terjun pada umumnya, karena aliran air terjatuh dari tebing batu yang rendah.
Sehingga banyak teman penjelajah yang berani melompat.
Banyak pilihan tempat bermain, selain air terjun.
Karena bentuknya berupa relief bebatuan, banyak tempat yang menyerupai kolam renang.
Sahabat NOVA bisa bermain air dan berenang di sana.
Walaupun mengasyikan, harus tetap hati-hati!
Selamat berlibur, Sahabat NOVA!(*)
(Melissa Tuanakotta / Warsono)
Penulis | : | Healza Kurnia |
Editor | : | Healza Kurnia |
KOMENTAR