Menurut Han Gagas, selain dari segi spiritual, pantangan menikah di bulan Suro bisa pula dikaitkan dari segi sosial dan ekonomi.
"Orang Jawa perlu 'let' (jeda), termasuk kondisi keuangan."
"Jika terlalu banyak hajatan yang kudu nyumbang (memberi sumbangan), nanti kasihan bisa buat banyak yang marah atau terlalu ngoyo kerja buat nyumbang, itu bisa buat aura negatif."
Baca Juga : Istri Jeremy Thomas Kerap Dihina Kurang Gizi, Ini Tanggapannya yang Menohok
"Ini versi yang modern dan condong ke manajemen uang," tambahnya.
Masayarakat Jawa memang bisa menggelar pesta pernikahan sepanjang tahun, kecuali di bulan Suro.
Sehingga terdapat rehat atau jeda sejenak dari biaya hajatan, tidak hanya dari pihak penyelenggara, tetapi juga bagi orang yang menghadiri hajatan.
Baca Juga : Kenang Persahabatannya dengan Nike Ardila, Melly Goeslaw Ceritakan 2 Hal Ini
Source | : | tribuntravel.com |
Penulis | : | Tiur Kartikawati Renata Sari |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR