NOVA.id - Sinar matahari pagi selalu terlambat menyinari Sipirok.
Penyebabnya, sinar terang matahari terhalang Gunung Sibualbuali setinggi 4.500 mdpl.
Meski Matahari terlambat menyinari kota, penduduk tetap semangat.
Kota kabupaten yang awalnya hanya sebuah kecamatan di Tapanuli Selatan ini memiliki luas sekitar 461,75 km2.
Baca Juga : Peramal Kembar Ini Ungkapkan akan Ada Pergolakan dalam Pernikahan Pangeran Harry dan Meghan Markle
Sipirok berada di lembah pegunungan Bukit Barisan yang hawanya sangat sejuk.
Wajar jika udara di Sipirok sangat dingin, karena setiap pagi kota ini selalu tampak berkabut tebal.
Kabut akan menutupi pemandangan, akibatnya pengemudi kendaraan bermotor harus hati-hati karena kabut dapat menghalangi jarak pandang.
Jika kabut sedang tebal, jarak pandang di jalan raya kurang dari 10 meter saja.
Baca Juga : Ivan Gunawan Sebut Hubungan Billy-Hilda Gimmick, Ayu Ting Ting Emosi
Nah, kabut itu menyisakan titik-titik air dan hembusan angin yang dingin.
Karena Sipirok berada di lembah gunung, sumber air dari pegunungan akan mengalir ke bawah menyusuri persawahan dan perkebunan warga.
Air yang mengalir tiada henti memengaruhi tingkat kesuburan tanah, sehingga perkebunan dan persawahannya terjamin.
Tak heran jika hasil kebun seperti kopi Sipirok cukup dikenal masyarakat, termasuk hasil tanam padi dengan kualitas yang cukup bagus.
Baca Juga : Kisah Heroik di Tengah Gempa Palu, Petugas ATC Ini Gugur setelah Pesawat Lepas Landas
Penduduk kota Sipirok kebanyakan memeluk agama Islam.
Inang-inang (ibuibu) dan boru (anak perempuan) di sini selalu mengenakan kerudung.
Walaupun mayoritas Islam, orang Sipirok memegang teguh kerukunan umat beragama.
Tidak ada keributan antar-suku dan agama di kota ini.
Baca Juga : Pangeran Harry Sempat Malu dan Diminta Untuk Menikahi Malala Yousafzai Jika Melakukan Hal Ini
Setiap penduduk menganggap mereka semua bersaudara, diikat dan dipersatukan
oleh marga.
Marga yang tinggal di kota itu di antaranya Siregar, Harahap, Hasibuan, Simanjuntak, Pane, Ritonga, dan Marga Huta Suhut.
Kerukunan antar-umat beragama di Sipirok diakui dunia internasional, salah satunya karena rumah ibadah umat Islam dan Kristen di wilayah itu letaknya berseberangan.
Sementara itu, sumber penghasilan penduduk Sipirok biasanya berasal dari berbagai profesi, di antaranya persawahan, perkebunan, dan wiraswasta.
Baca Juga : Mewah! Intip Rumah Baru Anang-Ashanty di Bali, Pemandangannya GWK!
Selain itu, Sipirok juga memiliki hutan konservasi seluas 5.000 hektar.
Hutan ini kaya akan keanekaragaman flora dan fauna.
Hutan ini merupakan tipe hutan hujan basah, dengan curah hujan yang cukup tinggi.
Orang Sipirok itu serumpun dengan suku Batak, tepatnya Batak Angkola.
Baca Juga : Panik dan Tegang! Kru Kapal Ini Rekam Suasana Laut di Palu Saat Gempa
Ya, daerah Tapanuli Selatan pada umumnya merupakan Batak Angkola.
Bahasa yang digunakan penduduk setempat sedikit berbeda dengan bahasa Batak di daerah Toba dan Samosir.
Walaupun di kota sudah banyak pendatang dari daerah lain seperti Toba, Mandailing, Sibolga, dan Minangkabau, sehari-hari penduduk Sipirok tetap menggunakan bahasa Angkola.
Bahasa Angkola cukup unik, karena setiap kalimatnya seperti memiliki irama saat dituturkan.
Baca Juga : Wah, Ratu Elizabeth Miliki Mesin Tangan Palsu untuk Lambaikan Tangan, Bagaimana Ceritanya?
Semakin ke selatan atau menuju perbatasan Sumatera Barat, iramanya semakin lembut.
Jadi, siapa yang tak mau berkunjung ke sana?
Sudah hawanya sejuk, pemandangannya pun indah.(*)
(Ricky Martin)
Rilis Inclusivision Project, Honda Beri Wadah Teman Color Blind Ekspresikan Diri
Penulis | : | Healza Kurnia |
Editor | : | Winggi |
KOMENTAR