Duh, Orang Baik Ternyata Lebih Mudah Terserang Depresi, Kok Bisa?

By Alfiyanita Nur Islami, Rabu, 28 November 2018 | 21:00 WIB
Orang Baik Ternyata Lebih Mudah Depresi, Kok Bisa? (Getty Images/iStockphoto)

NOVA.id – Kebanyakan dari kita mungkin sering diberi nasihat untuk terus menjadi orang baik.

Banyak cara akhirnya diakukan untuk menjadi baik versi diri sendiri ataupun versi orang lain.

Percayalah setiap kebaikan pasti akan dihargai banyak orang.

Baca Juga : Sebulan Tinggal Bersama, Dul Sebut Karakter Irwan Mussry Seperti Ahmad Dhani!

Tapi tahukah Sahabat NOVA jika bersikap terlalu baik tak selamanya akan berdampak baik bagi diri sendiri?

Menurut sebuah penelitian dalam jurnal Nature Human Behavior, orang baik biasa didefinisikan dengan hidup yang peka terhadap ketidakadilan.

Baca Juga : Stephen Hillenburg, Pencipta Karakter SpongeBob SquarePants Meninggal Dunia

Oleh karenanya, mereka akan cenderung menunjukkan gejala depresi lebih sering dari pada kebanyakan orang yang punya sifat egois dan individualis.

Dr. Masahiko Haruno meneliti dan mencoba menilai apakah pola pemikiran seseorang yang dianggap ‘pro sosial’ bisa dikaitkan dengan gejala klinis drepresi jangka panjang seseorang.

Mereka memulai dengan memberi hampir 350 orang tes kepribadian untuk menentukan apakah mereka lebih ‘pro-sosia’ atau ‘individualis’.

Baca Juga : Sahabat Sebut Maia Estianty Tak Butuh Uang Lagi, Dul Langsung Angkat Bicara!

Peneliti memeriksa otak kedua kelompok tersebut dengan menggunakan magnetic resonance imaging (MRI), untuk melihat area otak mana yang diaktifkan dalam menghadapi situasi tertentu.

Orang yang dinilai pro sosial, tercatat aktivitas otaknya menunjukkan pergerakan yang tinggi di area amigdala atau wilayah evolusioner otak yang terkait dengan stres.

Baca Juga : Berita Terpopuler: Roy Marten Ungkap Sifat Gading Hingga Amarah Istri Korban CRV yang Mobilnya Diakui Milik Keluarga Pelakor

Sedangkan orang yang punya sifat individualis, hanya akan meningatkan aktivasi amigdalanya hanya jika dalam kodisi tertentu.

Ada juga pola aktivitas yang berbeda antara kedua kelompok di hippocampus, atau daerah otak primitif lain yang terkait dengan respons stres otomatis.

Para peneliti kemudian menindaklanjuti dengan kuesioner depresi yang disebut Inventaris Depresi Beck.

Baca Juga : Hunian Nyaman di Jakarta Timur Diyakini Bisa Jadi Investasi Masa Depan

Hal ini dilakukan untuk melihat apakah pola aktivitas otak ini terkait dengan gejala depresi lebih lanjut.

Ternyata, orang pro sosial akan lebih sering mengalami depresi ketimbang yang individualis.

Baca Juga : Keratinized System Treatment, Bikin Rambut Kita Makin Bervolume

Menurut para peneliti, orang baik akan lebih rentan terhadap depresi karena mereka lebih mudah untuk berempati pada orang lain dan merasa bersalah.

Kepekaan emosional ini dihubungkan ke daerah otak terdalam yang mudah memicu depresi.

Wah bagaimana nih menurut Sahabata NOVA?(*)