Kelebihan Berat Badan, Pentingkah Diet untuk Anak Obesitas? Ini Pendapat dari Ahli

By Alsabrina, Rabu, 30 Januari 2019 | 21:30 WIB
Diet untuk anak obesitas, perlukah? (LisaValder)

NOVA.id – Tidak hanya masalah kurang berat badan atau gizi buruk saja yang menimpa anak-anak, tetapi dalam beberapa kasus juga ditemukan anak-anak dengan masalah kelebihan berat badan.

Salah satu faktor yang mempengaruhi berat badan hingga dapat memicu obesitas adalah gaya hidup yang kurang sehat. Misalnya, seperti senang makan makanan cepat saji atau sedikitnya aktivitas fisik yang dilakukan si anak.

Jika tidak ditindak dengan segera, bukan tidak mungkin anak akan mengalami obesitas atau kelebihan berat badan.

Baca Juga : Anak Nusantara Alami Gizi Buruk, Indonesia Tempati Ranking 5 Stunting di Dunia!

Sebelum hal tersebut terjadi, memantau tumbuh kembang si kecil menjadi hal mutlak untuk kesehatannya kelak seperti yang disampaikan DR. dr. Conny Tanjung SP.A(K)

"Jadi pantaulah setiap bulan berat badan atau tinggi badan, lingkar kepala, dilihat juga Indeks Massa Tubuh (IMT) anak. Jadi kalau sudah lihat beratnya mulai lebih nih, sudah overweight itu sudah mesti diingetin.

Yang ada kan di masyarakat gemuk itu lucu, tapi gemuk itu nggak sehat. Jadi memang ada dua sisi nih, kurang gizi atau gizi berlebih,” ujar dr. Conny.

Baca Juga : Cegah Stunting, Cek Berat Badan Ideal Anak untuk Tumbuh Kembang Optimal yuk!

Lalu, bagaimana jika anak telah mengalami obesitas? Apakah diet untuk anak disarankan?

Menurut dr. Conny, diet anak lebih kepada peningkatan aktivitas fisik dan bukan diberikan suplemen atau obat untuk menurunkan berat badan si anak.

“Yang ada adalah kalori yang masuk ke tubuh anak diatur. Pemberian obat atau apapun itu nggak ada. Jadi kita atur gizinya.

Anak bisa gemuk atau bisa kurus karena masalah kalori, protein, atur itu. Kalau untuk anak gemuk, kalori yang biasa masuk dikurangi, lalu ditambah dengan aktivitas fisik.

Baca Juga : Operasi Bariatrik, Operasi Penyempitan Rongga Lambung yang Buat Berat Badan Arya Permana Turun Drastis

Tak hanya soal aktivitas fisik saja, makanan yang diberikan pun juga diperbolehkan bervariasi.

“Misalnya, makannya cuma nasi dan 3 macam sayur. Loh, proteinnya mana? Ya kan. Ini yang harus diperhatikan juga. Karena terbukti protein ini meningkatkan hormon dan merangsang pertumbuhan,” jelas dr. Conny.

Setidaknya, ada 6 komponen yang harus ada dalam makanan si kecil, yakni:

Baca Juga : Berkaca dari Arya Permana dan Titi Wati, 3 Solusi Ini Perlu Dipertimbangkan Penderita Obesitas

  1. karbohidrat.
  2. protein hewani dan ikan.
  3. makanan yang mengandung susu.
  4. kacang-kacangan.
  5. buah dan sayur.
  6. lemak.

Bahkan, penggunaan garam untuk mendapatkan rasa asin dan penyedap rasa untuk berikan rasa umami juga diperbolehkan.

"Asin atau penyedap rasa bukannya tidak boleh ya. Asin asal tidak terlalu asin, penyedap rasa juga kalau tidak terlalu banyak juga nggak apa-apa karena itu kan untuk penambah rasa. Jadi boleh-boleh saja,” ujar dr. Conny.

Tak hanya itu, dr. Conny juga menekankan pentingnya konsultasi ke layanan kesehatan untuk memantau pertumbuhan anak.

“Selain mengupayakan pemenuhan nutrisi yang dibutuhkan untuk mengejar berat badan ideal (sesuai tinggi badannya), orang tua juga perlu untuk aktif melakukan pemantauan rutin pertumbuhan anak di layanan kesehatan yang paling mudah dijangkau.

Baca Juga : Sebabkan Obesitas hingga Masalah Mental, Psikolog Peringatkan 7 Bahaya Smartphone untuk Anak!

Ini dimaksudkan untuk memantau status gizi dan mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan.

Jika berat badan anak sudah terdeteksi berada di bawah kurva pertumbuhan, maka orang tua perlu segera mencari bantuan penanganan yang tepat dari tenaga kesehatan untuk memperbaiki status gizi anak,” tutup dr. Conny.