Angka Kekerasan Terhadap Perempuan Masih Tinggi, Rahayu Saraswati: Perbaikan Ekonomi Bisa Jadi Solusi

By Siti Sarah Nurhayati, Minggu, 10 Maret 2019 | 19:30 WIB
Ilustrasi Kekerasan terhadap Perempuan (Laksono Hari Wiwoho)

NOVA.id - Saat ini, angka kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga masih menjadi angka yang paling tinggi di Indonesia, bahkan mencapai 9.637 aduan selama tahun 2018!

Angka tersebut merupakan angka yang berhasil dihimpun Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) dari rekapan tiga sumber yakni, PN/Pengadilan Agama, Lembaga Layanan Mitra Komnas Perempuan, serta Unit Pelayanan dan Rujukan.

Miris memang, ketika perempuan digunakan sebagai alat pelampiasan berbentuk kekerasan.

Baca Juga : Dikabarkan Dekat, Aaliyah Massaid Rayakan Ultah Bareng Keluarga Dul Jaelani!

Sebagai wakil rakyat, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo (Sara) yang berada di Komisi VIII DPR-RI juga ikut menangkap kegelisahan terhadap angka yang tinggi terkait kekerasan terhadap perempuan itu.

Lantas, apa solusi yang ditawarkan?

Salah satu solusi yang paling tepat, Sara menduga, dengan cara perbaikan sosial ekonomi di dalam lingkup keluarga itu sendiri.

Baca Juga : Bangga! Kalahkan Rio de Janeiro, Jember Fashion Carnival 2019 Angkat Tema Tribal Grandeur

Maksudnya?

"Kalau kita bicara soal sosial seperti kekerasan, saya adalah salah satu yang beranggapan bahwa saya percaya kalau misalkan isu sosial ekonominya itu diselesaikan dan dituntaskan itu akan mencegah terjadinya banyak kekerasan," ungkap Sara saat ditemui di Kedutaan Besar Belanda, Rabu (06/03).

"Karena banyak KDRT yang terjadi itu karena banyak, mohon maaf, laki- lakinya yang pengangguran," sambungnya.

Kebanyakan yang terjadi, rasa frustasi suami karena merasa sulit membangun ekonomi stabil lantas memicu amarah, hingga menjadikan kekerasan pada istrinya sebagai pelampiasan.

Baca Juga : Adu Gaya 2 Menantu Bambang Trihatmodjo saat Pakai Kebaya, Siapa Lebih Kece?

"Akhirnya dia pelampiasannya terhadap istri dan anak-anak. Itu saya tidak menyatakan satu-satunya, tetapi itu adalah salah satu faktor yang utama yang berhubungan dengan perempuan," kata Sara.

Yang umum terjadi, perempuan pun akhirnya mengambil alih kemudi ekonomi dalam rumah tangga.

Sehingga Sara menuturkan, suaminya pasti mendapatkan tekanan ganda dan berakhir dengan menyiksa.

Baca Juga : Demi Tampilan Putri Charlotte agar Kekinian, Pangeran William Rela Belajar Menata Rambut dari Youtube

 

 

"Ada juga misalnya perempuannya dia yang harus bekerja untuk memastikan anak dan suaminya bisa makan. Dalam hal ini, tekanannya double juga buat dia dan itu berhubungan dengan penghasilan dan ekonomi," tutur Sara.

Baca Juga : Lama Tak Terekspos, Penampilan Mantan Istri Bambang Trihatmodjo Curi Perhatian Netizen

Bagaimanapun juga, atas alasan apapun tentunya kekerasan dalam rumah tangga, terutama perempuan, tak akan bisa dibenarkan.

Sehingga, tak hanya memikirkan soal ekonomi, ada baiknya kita sebagai perempuan pun wajib untuk bersuara dan melapor apabila terjadi kekerasan terhadap diri kita.(*)