Tanya Jawab Psikologi NOVA: Karena Aku Tionghoa Bukan Berarti Aku Kaya

By Tiur Kartikawati Renata Sari, Rabu, 24 April 2019 | 16:13 WIB
Tanya Jawab Psikologi NOVA: Karena Aku Tionghoa Bukan Berarti Aku Kaya (Pixabay/rickfanwilsen)

NOVA.id - Permasalahan yang dialami oleh perempuan ini membuat rumah tangganya selama 6 tahun tak pernah adem ayem.

Pasalnya, materi selalu menjadi pemantik pertengkaran karena perempuan berdarah Tionghoa ini kerap dilabeli sebagai orang kaya.

Lantas apa saran sang psikolog untuk meluruskan masalahnya? Simak tanya jawab psikologi yang telah diwartakan Tabloid NOVA edisi 1612.

Baca Juga : Efeknya 10 Ribu Kali Lebih Kuat dari Kemoterapi, Jengkol Bisa Jadi Alternatif Obat Kanker Ani Yudhoyono

Yth. Bu Rieny, 

Saya adalah seorang ibu rumah tangga berusia 32 tahun dan sudah sekitar 6 tahun menikah, saya dan suami sebenarnya memiliki relasi yang cukup baik, kadang pertengkaran terjadi tapi selama ini bisa kami selesaikan, kami belum dikaruniai seorang anak, tapi kalau ditanya saya bisa bilang kami bahagia, namun saya kerap merasa tidak nyaman dengan keluarga besar suami saya, kami memang memiliki agama yang sama, tapi kami berbeda. Suami saya berasal dari Sumatra utara, dan saya berasal dari keluarga Tionghoa, saya tentu sudah paham dengan konsekuensi saat menerima lamaran suami saya, tapi saya tidak mengira akan sangat ekstrem dampak dari perbedaan kami.

Keluarga suami kerap membuat pesta besar di beberapa hari tertentu, apalagi ketika ada ulang tahun, hari besar, atau pernikahan, sejujurnya saya sangat tidak terbiasa, karena saya tinggal bersama dengan ibu mertua saya jadi harus ikut bantu memasak makanan-makanan khas daerahnya, bukan saya tidak mau, tapi karena saya tidak pernah memasaknya sebelum ini, semua makanan dimasak dengan porsi besar, jadi saya sering kali panic, di awal tahun pernikahan saya beberapa kali gagal ketika memasak sesuatu, kadang ada saudara yang merasa masakan saya kurang enak, saya sempat terpukul, tapi setelah sudah berjalan beberapa tahun saya sudah mulai terbiasa, tidak banyak lagi orang yang mengomentari masakan saya.

Yang tidak saya mengerti, mengapa suami saya−yang hanya anak keempat−harus membiayai hampir semua pesta yang dilaksanakan di rumah ibunya, kami memang berkecukupan, tapi ada kalanya suami saya juga cukup kesulitan untuk membiayai semuanya, karena selain menyiapkan makanan, kami biasanya juga harus menyewa banyak hal, seperti AC, kursi, keyboard, dan sound system, saya sudah coba bicara pada suami saya, tapi dia berkata kalau saya tidak mengerti, mungkin karena suami saya adalah anak yang paling disayang oleh ibunya, dan begitu pun sebaliknya.

Baca Juga : Hanum Rais Komentari Kejujuran Istri Andre Taulany, Ernest Prakasa: Beli Cermin Agak Gedean