Tanya Jawab Psikologi NOVA: Karena Aku Tionghoa Bukan Berarti Aku Kaya

By Tiur Kartikawati Renata Sari, Rabu, 24 April 2019 | 16:13 WIB
Tanya Jawab Psikologi NOVA: Karena Aku Tionghoa Bukan Berarti Aku Kaya (Pixabay/rickfanwilsen)

Akan tetapi, hal yang paling membuat saya terpukul adalah saat mereka membawa-bawa masalah SARA, seperti ketika ibu mertua sakit, saya diminta untuk membayar lebih banyak untuk membantu, beberapa sanak saudara bilang saya banyak uangnya karena saya orang Tionghoa, jadi saya diminta untuk meminjam uang kepada keluarga besar saya, seperti ayah atau saudara-saudara saya, saya mengerti kalau saya sekarang adalah bagian dari dua keluarga besar ini, tapi selain tidak nyaman dengan pernyataan yang rasis seperti itu saya juga tidak mau membebani keluarga besar saya.

Saya, kan, sudah menjadi tanggung jawab suami, ya, Bu Rieny, tapi suami malah ikut mendorong saya untuk minta bantuan kepada ayah, padahal, ayah saya juga bukan orang kaya dan Tidak semua orang Tionghoa kaya, kami mungkin berkecukupan, tapi juga tidak berlebihan, saya sudah meminta sedikit bantuan dari ayah saya, tapi keluarga suami kembali meminta lebih untuk perawatan selanjutnya, saya tidak merasa nyaman dengan tekanan ini, tolong bantu saya Bu Rieny.

Terima kasih.Sandy-Jakarta

Jawab:

Dear Sandy,

Coba Anda kaji lebih dalam lagi perasaan nyaman yang direnggut oleh keluarga suami dari diri Anda, apakah lebih disebabkan oleh cara mereka yang rasis dalam memperlakukan Anda atau lebih terkait pada ketidakrelaan untuk melibatkan ayah kandung Anda dalam masalah keuangan terkait sakitnya mertua.

Baca Juga : Soal Video Panas Memuaskan Diri, Pacar Mikha Tambayong Emosi

Bila yang pertama, coba untuk mengingat-ingat situasi, perlakuan, atau kata-kata sejenis apa yang membuat Anda tidak happy? Saya adalah orang yang sangat yakin bahwa salah satu ujian cinta sepasang suami istri adalah ketika terjadi “serangan” dari keluarga pasangan kita, entah mertua, ipar, atau keluarga besarnya, perempuan akan merasa dicintai, dibela, dan kemudian merasa aman dan nyaman, bila dia melihat dan merasakan bahwa suaminya memiliki keberpihakan pada dirinya dalam menyikapi atau merespon kicauan atau rong-rongan dari keluarganya.

Membiasakan keluarganya untuk meminta bantuan uang kepada Anda, misalnya, bukankah itu membuat mereka mau tak mau harus bicara ke Anda? Kesepakatan tentang ini sering luput dari pembicaraan pra nikah, padahal ini penting agar para saudara sadar dan lalu mengakui bahwa kini suami sudah tak sendiri lagi, ketika dijalankan dengan konsisten, besar kemungkinan para kerabat suami mau menerima bahwa sekarang memang demikianlah prosedur yang harus ditempuh bila ingin meminta bantuan, si istri hendaknya juga belajar untuk menerima kenyataan bahwa di adat istiadat suaminya, memang ada kebiasaan untuk membantu keluarga yang sedang membutuhkan.

Selama relasi dengan suami memang baik, diskusi yang sehat dan produktif akan menghasilkan banyak titik-titik temu, seperti sampai mana akan dibantu atau berapa banyak yang pantas untuk diberi, diskusi itu sehat bila tak ada kata-kata negatif, saling menyudutkan, atau menyalahkan, dan memakai setiap kesempatan untuk merendahkan keluarga pasangan, selain itu, diskusi produktif adalah lawan dari debat kusir yang biasanya berakhir dengan menang atau kalah, akan produktif bila bisa mengobrol dengan tetap fokus ke masalah, mencari solusi sembari tetap mencari sambil belajar dari pengalaman ketika ada masalah serupa di masa lalu.

Baca Juga : Ngaku Dihack, Erin Taulany Masih Unggah Makan Bersama Anaknya, Netizen: Pintar Boleh Asal Jangan Membodohi!