Berbicara tanpa ada rasa bersalah, A berucap,”…saya masih ingin mencari…” saya sedih dan hancur, saya yang tidak pernah macam-macam dan memegang janji suci dikhianati dengan semudah itu oleh suami yang tak pernah mencukupi nafkah lahir dan batin, sedangkan bila boleh jujur, saya menginginkan sosok pria yang bisa memuaskan.
Saya sedih, saya merasa sudah berusaha jadi istri yang baik, tidak banyak menuntut, selalu meyiapkan kebutuhannya, dari pakaian dan makanan, serta selalu masak walaupun saya bekerja, yang lebih sedih, keluarganya juga selalu membahas keturunan, sedangkan selama ini saya sudah cek, saya normal dan saya bisa punya anak, sementara suami saya yang lemah dan hanya 30% spermanya yang bisa membuahi, saya selalu ikhlas dan menerima, walaupun A ada kekurangan.
Setelah tahu perselingkuhan, saya jadi dingin dan lebih cepat emosi, di kepala saya, saya hanya ingin berpisah, A tidak hanya selingkuh, tapi juga selalu membicarakan istrinya dan cara mendapatkan saya, ia bilang ke temannya bahwa ia tak bisa memuaskan istrinya, istrinya cerewet, dan ia bilang ke temannya kalau dia mendapatkan saya dengan cara main dukun, dia mendukuni keluarga besar saya, mengetahui hal itu, saya makin hilang rasa, tapi, saya menghormati mertua yang sakit jantung akibat perselingkuhan A.
Saat ini saya mengangkat anak dengan harapan, mungkin hadirnya anak akan membuat sikapnya berubah.
Bagaimana ini, Bu Rieny? Cerai tak mau, saya seperti digantung, sifatnya pun masih sama, tak pernah ada komunikasi, tak pernah terbuka, selalu genit, tak pernah memberi nafkah lahir batin, dan tak pernah menghargai saya sebagai istri, saya ingin hal-hal terbaik dalam perkawinan ini, tolong berikan solusi untuk menyelesaikan masalah ini, B, saya ingin bahagia dan bisa membahagiakan keluarga saya. Terima kasih.Luki – somewhere
Baca Juga : Terlihat Haru Saat Sungkeman, Ini Sosok Ayah Bule Irish Bella yang Masih Kompak dengan Mantan Istri!
JawabJeng Luki Yth.,Saya harus meminta maaf pada Anda kalau saya harus bilang, banyak sekali waktu yang telah Anda biarkan berlalu tanpa makna dan manfaat, alasannya, karena Anda tidak mencoba lebih keras dan lebih giat untuk menyelesaikan segala masalah yang muncul di perkawinan Anda.
Bukankah sejak awal pernikahan, Anda sudah tahu bahwa suami bermasalah dalam kemampuannya berhubungan intim? Salah satu kebutuhan yang perlu dipenuhi dalam hubungan suami-istri adalah kebutuhan biologis, biasanya, karena seks lebih sering dianggap sebagai domainnya laki-laki, para istri agak terlambat mengangkat masalah ini ke suaminya.
Atau, seperti kasus Anda, suami tak menganggap ini masalah yang perlu dituntaskan karena dia juga sebenarnya tidak ingin-ingin amat membahagiakan istri saat berhubungan intim.
Namanya hubungan suami dan istri, ketika yang satu tidak menganggapnya serius, yang satu lalu mengendurkan usahanya untuk mengajak suami berobat tuntas, maka satu masalah ini menggantung dan makin lama makin menggerogoti peluang Anda untuk happy, makin lama, makin kronis.
Keterbukaan soal keuangan juga merupakan masalah mendasar untuk menumbuhkan rasa saling percaya, bukankah memenuhi kebutuhan istri mestinya membuat suami jadi bangga, karena artinya dia bisa berfungsi sebagai kepala keluarga? Akan tetapi, alih-alih Anda mendorong keterbukaan, ketika Anda bekerja lagi, suami pasti merasa nyaman dalam ketertutupannya.
Baca Juga : Rasanya yang Nikmat Digilai Banyak Orang, Buah Ini Bisa Picu Kanker Seperti yang Diidap Ani Yudhoyono