NOVA.id - Salah satu makanan khas Indonesia kala Lebaran tiba adalah ketupat.
Makanan yang terbuat dari beras yang dimasukkan ke dalam anyaman daun kelapa ini biasanya disajikan dengan sayur khas Lebaran, semur, atau opor.
Ya, ketupat biasanya memang disajikan saat Idul Fitri atau Idul Adha. Sehingga, tanpa ketupat rasanya akan "berbeda".
Baca Juga: Yuk, Kenalan dengan 7 Tradisi Lebaran Ketupat di Indonesia!
Namun, adakah yang tahu makna ketupat di hari raya?
Dikutip NOVA.id dari Kompas.com, ketupat lekat dengan Islam bermula dari masa Sunan Kalijaga melakukan syiar Islam pada abad ke 15 hingga 16 Masehi.
Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai budaya sekaligus filosofi Jawa yang berbaur dengan nilai-nilai ke-Islaman.
Baca Juga: Ketupat Sambal Goreng Krecek, Pelepas Rindu dari Momen Lebaran
Penulis buku Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia Fadly Rahman mengatakan, Ketupat atau disebut kupat oleh masyarakat Jawa dan Sunda, menyimbolkan dua hal, yakni ngaku lepat yang berarti mengakui kesalahan dan laku papat atau empat laku yang juga tercermin dari wujud empat sisi dari ketupat.
Bahkan, masing-masing dari sisi ketupat pun memiliki makna lo Sahabat NOVA!
Makna pertama adalah Lebaran (asal kata dasar lebar) yang berarti pintu ampun dibuka untuk orang lain.
Kedua, memiliki makna Luberan (asal kata dasar luber) yang berarti melimpah dan memberi sedekah pada orang yang membutuhkan.
Baca Juga: Awas, Makan Banyak Saat Lebaran Bisa Sebabkan Food Coma, Yuk Cegah dengan Cara Ini
Lalu yang ketiga adalah (asal kata dasar lebur) yang bermakna melebur dosa yang dilalui selama satu tahun.
Terakhir atau makna keempat adalah Laburan (kata lain kapur) yang mempunyai arti menyucikan diri atau putih kembali layaknya bayi.
Meski lekat dengan hari raya Idul Fitri, keberadaan ketupat sebenarnya sudah ada jauh sebelum masa penyebaran agama Islam di nusantara.
Baca Juga: Bosan Menu Lebaran Itu Melulu? Bikin Pizza Saja, Caranya Mudah kok!
Ini karena nyiur (daun kelapa yang merupakan bahan janur) dan beras sebagai sumber daya alam sudah dimanfaatkan sebagai makanan masyarakat nusantara di zaman Hindu Buddha.
Hal ini pun, menurut Fadly, bisa dilihat dari keberadaan ketupat di Bali yang digunakan dalam ritual ibadah. Orang Bali menyebut ketupat dengan sebutan tipat.
"Di Islam, ketupat dicocokkan lagi dengan nilai-nilai ke-Islaman oleh Sunan Kalijaga, membaurkan pengaruh Hindu pada nilai-nilai ke-Islaman, menjadi akulturasi yang padu antara keduanya," tambah Fadly.
Baca Juga: Bergaya Sederhana, Luna Maya Pakai Sendal Rp18 Juta Saat Mencoba MRT Jakarta
Adapun untuk hidangan pendamping ketupat, Fadly menjelaskan bahwa itu bukanlah panganan asli nusantara, tetapi hasil asimilasi dari berbagai budaya luar.
Contohnya, seperti kuah kari yang terpengaruh kuliner India, gulai terpengaruh kuliner Arab, balado (Portugis), semur dan kue kering (Belanda dan Eropa), serta manisan (China).(*)