Jadi Kutu Loncat Nyeberang Pekerjaan atau Nyeberang Industri?

By Maria Ermilinda Hayon, Senin, 8 Juli 2019 | 20:30 WIB
Gaji yang tinggi tak membuat pegawai merasa bahagia. (kompas.com)

Aulia, teman kita, nyatanya saja bisa menjadi salah satu kutu loncat yang sukses menaikkan gaji.

Dalam waktu singkat saja, dia sudah pindah perusahaan sebanyak empat kali!

“Aku selama dua tahun kayaknya udah empat kali pindah perusahaan, deh. Iya—gaji—pasti naik he-he-he. Dulu aku belum paham naiknya berapa aja, kalau sekarang lebih selektif, sih,” ujarnya.

“Sebelum mau upgrade gaji, aku pastikan dulu sebelum resign kalau sudah ada bekal berlebih. Maksudnya, kalau mau pindah kerja, skill apa yang jadi nilai tambah aku selain kriteria umum. Itu bisa jadi alat aku untuk nego gaji jadi lebih besar dan it works,” ujarnya.

Fakta Soal Gaji (Novita Putri/NOVA)

Baca Juga: Tak Punya Hati! Orang Tua Ini Tega Jual Anaknya di Situs Jual Beli Online dengan Harga Rp493 RibuBaca Juga: Tak Punya Hati! Orang Tua Ini Tega Jual Anaknya di Situs Jual Beli Online dengan Harga Rp493 Ribu

Yup! Jika berkaca pada Aulia, nyatanya menjadi orang yang sering berpindah kerja tak selalu negatif, kan?

Apalagi, kalau kita bisa seperti Aulia: selalu memelajari sesuatu yang baru demi mengembangkan diri dan mendapatkan “harga” lebih tinggi di perusahaan lain.

Pertanyaannya kemudian, berapa lama, sih, waktu kerja yang dibutuhkan sebelum akhirnya “meloncat”? Boleh seperti Aulia?

Baca Juga: Akui Museum Sebagai Rumahnya, Bantahan Barbie Kumalasari: Punya Orang Tua Angkat Gua!