Jangan Tunggu Sampai di Ambang Cerai, Ini Waktu yang Tepat ke Psikolog

By Muhamad Yunus, Jumat, 6 September 2019 | 19:12 WIB
Jika punya masalah, ada baiknya kita tak ragu ke psikolog. (KatarzynaBialasiewicz)

NOVA.id – Punya masalah dengan pasangan yang tak kunjung usai, dan sampai berpikir untuk bercerai?

Rasanya, jangan menunggu sampai di ambang cerai. Mungkin saatnya mempertimbangkan untuk pergi ke psikolog.

Tentu ini jika Anda masih punya keinginan kuat untuk mempertahankan hubungan.

Menurut psikolog dan hipnoterapis, Alexandra Gabriella A, M.Psi, Psi., C.Ht, ternyata banyak motif yang bikin seseorang maupun pasangan pergi ke psikolog.

Baca Juga: Ria Irawan Kembali Dirawat di Rumah Sakit, Keluarga Benarkan Kanker yang Diidap Menyebar ke Organ Lain

Berdasarkan pengalamannya sendiri, Alexandra sering mendapati klien dengan beragam kasus, tak hanya karena mengalami gangguan psikologis maupun emosional.

Khusus buat pasangan yang sudah menikah, biasanya motivasi datang ke psikolog ya untuk memperbaiki hubungan di antara mereka.

Baca Juga: Bukan di Hotel Mewah, Begini Potret Sederhana Perayaan Ulang Tahun Amora Lemos di Ruang Kelas Sekolah

Sebisa mungkin, hindari pergi ke psikolog saat masalah sudah begitu runyam, bahkan sampai berada di ambang perceraian, misalnya.

“Mungkin yang tepat, jangan sampai masalah yang ada di antara pasangan seperti benang yang kusut banget,” kata Alexandra.

Makanya, harus segera dibenarkan benangnya satu per satu.

Kalau sudah kusut banget, biasanya akan susah.

Baca Juga: 5 Drama Korea Rekomendasi yang Akan Tayang di September dan Bertabur Bintang

Kapan waktu terbaik pergi ke psikolog? Kalau saat itu tiba, jangan ragu atau takut pergi ke psikolog, ya. (G.M.ARYODHIA/INFOGRAFIS)
Lalu, apa sih yang harus disiapkan sebelum pertama kali pergi ke psikolog?

Kata Alexandra, pertama ya tentu niat atau tujuan tadi.

“Perlu diingat juga, penanganan dengan psikolog itu enggak ada judgment, benar atau salah itu kan persepsi saja,” ingat Alexandra.

 

Jadi psikolog itu akan membantu merefleksikan kita sebagai klien, terhadap masalah yang dihadapi.

Makanya, menurut Alexandra, di hadapan psikolog kita tak perlu defensif.

Bicarakan saja sejujur-jujurnya.

Keluarkan semua apa yang ingin disampaikan, termasuk kejelekan masing-masing.

“Tak perlu khawatir akan privacy, jadi enggak perlu jaim deh,” seloroh Alexandra.

Nah, bagaimana? Demi pernikahan, apakah Anda dan pasangan siap pergi ke psikolog? (*)