Bukan Karena New Normal, Pakar Epidemiologi UI Justru Sebut Hal Ini yang Bikin Kasus Covid-19 di Indonesia Meningkat

By Alsabrina, Kamis, 11 Juni 2020 | 12:32 WIB
(Ilustrasi) Covid-19 (iStockphoto)

NOVA.id - Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono memberikan analisa terkait meningkatnya kasus penuralan Covid-19 di tanah air.

Seperti diketahui, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah daerah mulai dilonggarkan untuk menuju ke arah kenormalan baru (new normal).

Karena itu, kenaikan kasus yang signifikan beberapa waktu terakhir langsung dikaitkan dengan pelonggaran tersebut.

Baca Juga: Tembus 1.000 Kasus Baru Selama 2 Hari Berturut-Turut, Indonesia Kini Bertengger di Posisi 2 Jumlah Kasus Covid-19 Terbanyak di Asia Tenggara

Dikutip dari covid19.kemenkes.go.id, pada Rabu (10/6/2020), terdapat penambahan 1.241 kasus baru, dari sebelumnya 33.076 kasus.

Sedangkan pada hari sebelumnya yakni, Selasa (9/6/2020), terdapat 1.043 kasus baru, dari sebelumnya 32.033 kasus.

Meski begitu, Pandu Riono menyampaikan kenaikan angka penularan tersebut tidak ada kaitannya pelonggaran yang dilakukan dalam beberapa hari terakhir.

Baca Juga: Kabar Buruk, WHO Minta Negara-Negara untuk Tak Menyerah Lantaran Pandemi Corona Masih Jauh dari Akhir, Ada Apa?

Hal itu karena data yang muncul merupakan akbit dari perilaku masyarakat yang terjadi satu sampai dua minggu yang lalu.

"Sebenarnya enggak ada kaitannya dengan pelonggaran," ucap Pandu dikutip melalui tayangan di kanal YouTube metrotvnews.

"Karena kalau kita dapatkan kasus yang tinggi hari ini, itu adalah kira-kira akibat perilaku penduduk dua minggu atau seminggu yang lalu," imbuhnya, Rabu (10/06/20).

Pakar Epidemiologi UI, Pandu Riyono (tangkap layar YouTube)

Baca Juga: Reisa Broto Asmoro Jadi Sorotan karena Masuk di Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto Bantah Dirinya Digantikan Sang Dokter

Jika melihat dua pekan yang lalu, maka angka tersebut memang masuk akal karena ada sejumlah kegiatan yang secara masif membuat masyarakat meningkatkan interaksi langsung antar sesama.

Akibatnya, bahkan kini tidak hanya angka saja namun juga ditemukan klaster-klaster baru.

"Jadi kalau lihat dua minggu yang lalu, masyarakat ada mudik balik, ada kegiatan silaturahmi hari raya Idul Fitri, dan kegiatan-kegiatan yang ramai di bulan Ramadan di pasar dan sebagainya," ujar Pandu.

Baca Juga: Banyak Aktivitas di Luar Rumah, Baim Wong Rutin Rapid Test Dua Minggu Sekali, Begini Hasilnya

 

 

"Jadi dampaknya sekarang terlihat tuh, kita temukan klaster-klaster baru pasar dan sebagainya," tutur Pandu.

Secara sederhana, peningkatan kasus tersebut adalah karena kecepatan testing dan pelacakan yang dilakukan.

Namun, hal tersebut bukan berati negatif karena semakin cepat terlacak semakin cepat rantai penularan terputus.

Baca Juga: Selain Masker, Bawa Beberapa Barang Ini Demi Cegah Penularan Covid-19 di Transportasi Umum dan di Kantor selama Masa New Normal

Sehingga, meski kini dilonggarkan, diharapkan pada satu atau dua pekan kedepan kasusnya tidak meningkat.

"Jadi (kenaikan) itu akibat testing dan pelacakan, saya kira jangan di lihat negatif bahwa itu adalah akibat pelacakan kasus,"

"Dengan demikian sebenarnya, harapannya kalau kita bisa menemukan sebanyak--banyaknya, melacak dan mengisolasi, itu artinya kita berusaha memutus mata rantai penularan," tutur Pandu.

Baca Juga: Meninggal Karena Covid-19, Ayah dan Ibu dari Perempuan Hamil Ini Menyusul, Sang Kakak: Virus Ini Benar-Benar Nyata

"Harapannya walaupun kita longgarkan, dua minggu lagi kasusnya tidak meningkat," tuntasnya.

(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Penularan Covid-19 Terus Meningkat, Epidemiolog Sebut Bukan karena Pelonggaran: Lihat 2 Minggu Lalu

 

Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.

Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.