NOVA.id- Tekanan ekonomi membuat pemerintah mengambil kebijakan melonggarkan PSBB (pembatasan sosial berskala besar) setelah hampir 3 bulan diberlakukan.
Kebijakan melonggarkan PSBB bisa menjadi paling kritikal. Saat penyebaran Covid 19 belum melemah, tapi masyarakat sudah beraktivitas di luar rumah, di mana orang harus berhadapan langsung dengan potensi penyebaran virus.
Namun melihat penambahan kasus yang belum menurun, PSBB transisi juga dilanjutkan hingga dua minggu ke depan.
Baca Juga: Duh, Ternyata Kurang Minum Bisa Picu Kecemasan yang Meresahkan!
Padahal seharusnya masa transisi berakhir pada 2 Juli lalu. Kondisi di Jawa Timur juga makin mengkhawatirkan dengan tingkat penambahan pasien yang tinggi.
Begitu pula di Sulawesi Selatan.
Walaupun pemerintah dan juga segenap stakeholder terus menggaungkan protokol kesehatan dengan disiplin, antara lain, dengan menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
Sayangnya, protokol kesehatan yang seharusnya dilakukan tersebut kadang diabaikan ketika PSBB diperlonggar.
Baca Juga: Hindari Risiko Osteoporosis di Usia Lanjut dengan Konsumsi 4 Jenis Asupan Ini, Nggak Cuma Susu loh!
Hal itu ditandai dengan terlihatnya kerumunan orang di sejumlah tempat, seperti di pasar, kendaraan umum, hingga layanan umum, di mana beberapa orang memilih tidak menggunakan masker.
Mungkin saja, di antara orang tersebut, sudah terinfeksi tapi orang tanpa gejala (OTG).
dr. Budhi Antariksa Ph.(D), Sp. P (K), Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI dan RS Persahabatan mengatakan yang paling penting dalam kondisi saat ini adalah taati protokol kesehatan.
Baca Juga: Mulai Sekarang, Stop Tidur dengan Rambut Basah karena Bisa Sebabkan 5 Penyakit Ini, Apa Saja?
Sebab, kalau dari virusnya sendiri, kalau virus itu menular pada orang lain, dia akan keluar dari orang lain untuk berpindah ke orang lain lagi. Virus harus hidup dari sel mahluk hidup lainnya.
"Saat PSBB diperlonggar, angka kepositifan virus meningkat. Yang tadinya sudah sempat menurun, lalu naik lagi. Ini sudah kejadian di Jakarta. Hal itu menjadi pertanda kalau virus berpindah ke orang lain, maka virus itu bermutasi dan bertambah banyak. Secara nyata, begitu PSBB diperlonggar, jumlah malah naik. Artinya, virus memang bermutasi makin banyak," paparnya.
Sehingga, meningkatkan daya tahan jadi penting pada kondisi saat ini.
Daya tahan tubuh itu hubungannya erat dengan asupan dan makanan-makanan yang bergizi, dan pola istirahat.
Kalau pola tidur kurang, lalu istirahat kurang, maka daya tahan tubuh akan menurun.
Menurut dr.Budhi, suplemen seperti immunomodulator dan multivitamin masih tetap diperlukan karena kita masih belum tahu virusnya ini akan sampai kapan. Begitu pula penemuan vaksin.
"Tidak semua virus RNA itu bisa dibuatkan vaksinnya. Contoh, HIV tidak ada vaksinnya, Hepatitis C juga tidak ada vaksinnya. Ada beberapa virus memang tidak ada vaksinnya. Dan kebetulan, corona itu masuk virus RNA, jadi belum tentu dia bisa dibentuk vaksinnya. Semoga sih bisa. Tapi, sampai sekarang belum ada buktinya," kata dr. Budhi.
DR (Cand) dr. Inggrid Tania, M.Si., Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) mengatakan di era new normal, orang sudah mulai beraktivitas, meskipun aktivitasnya dibatasi.
Akan tetapi, aktivitas bekerja sudah berlangsung, sehingga dibutuhkan daya tahan tubuh yang kuat.
Baca Juga: Benarkah Pisang Dapat Atasi Gangguan Susah Tidur? Begini Penjelasannya
Di samping itu, memang harus tetap menjaga asupan nutrisi yang lengkap dan bergizi seimbang. Kemudian, istirahat cukup, cairan cukup, dan diikuti olahraga, kemudian hindari stress.
Namun, dengan kondisi aktivitas yang padat di era new normal, dibutuhkan ekstra peningkatan daya tahan tubuh.
Sebab, tubuh memang memerlukan tambahan suplemen dari luar. Salah satunya suplemen immunomodulator.
Baca Juga: Hanya dengan Rutin Lakukan 4 Cara Alami Ini Bisa Bantu Cegah Penyakit Asam Urat Kambuh, lo!
Immununomodulator adalah zat atau substansi yang dapat mempengaruhi sistem imun. Artinya, sistem tubuh diaktivasi dan dimodulasi.
Immunomodulator terbagi dua, yakni immunosupresan (yang berefek menekan) dan immunostimulan (berefek meningkatkan) respon imun.
Ketika tubuh membutuhkan peningkatkan daya tahan tubuh, maka dibutuhkan immunomodulator yang bersifat immuno stimulan atau imun booster.
Baca Juga: Terbukti Berbahaya untuk Penderita Asam Urat, Ini Beberapa Makanan yang Baiknya Dihindari
Jadi, dia akan meningkatkan aktivitas sel-sel imun tubuh. Misalkan, kemampuan sel makrofag dalam melakukan fagositosis terhadap bakteri atau virus.
Kemudian, juga ada aktivitas anti peradangan dengan menghambat enzim siklo-oksigenase. Kemudian stimulasi dengan meningkatkan produksi sitokin. Seperti itu contoh-contoh mekanisme kerja dari immunomodulator.
"Saya menganjurkan, di masa new normal justru tetap perlu mengonsumsi suplemen immunomodulator. Walaupun new normal, kita tetap beraktivitas, tingkat stres tinggi baik stres fisik maupun stress mental. Ketika kita berada di luar rumah maka kita semakin tidak terlindungi sehingga potensi tertular covid-19 juga tinggi," paparnya.
dr. Inggrid menjelaskan, Immunomodulator bisa dari subtansi yang natural atau subtansi yang sitentik. Kalau ingin mendapatkan perlindungan imun yang maksimal atau komplet, kita perlu mengonsumsi keduanya, baik yang immunomodulator yang natural contohnya Echinacea maupun yang sitentik.
"Contoh yang sitentik itu misalnya vitamin C, vitamin D. Kemudian, yang dari bahan natural, tentu saja akan lebih bagus, karena lebih friendly diterima oleh tubuh kita. Sehingga, kita berharap lebih mudah diabsorpsi," katanya.
dr. Inggrid juga menjelaskan bahwa immunomodulator yang bersifat immuno stimulan kuat atau imun booster kuat, bisa di konsumsi setiap harinya antara 8 minggu sampai 16 minggu.
Baca Juga: Benarkah Kunyit Bisa Mengobati Penyakit Asam Lambung? Ini Penjelasannya
"Biasanya, jeda dua minggu sudah cukup. Setelah itu, kita bisa konsumsi kembali suplemen immunomodulator itu. Hal ini untuk menghindari kemungkinan timbulnya efek samping, seperti imuno supresan, dan sebagainya. Meskipun sebenarnya belum ada bukti-bukti kuat bisa memicu itu. Ini azas kehati-hatian saja," ujarnya.
Konsumsi suplemen immunomodulator menjadi penting, karena saat PSBB diperlonggar, banyak orang termasuk OTG yang juga sama-sama beraktivitas.
OTG ini sebenernya positif covid-19 namun tanpa gejala sehingga orang tersebut tak mengetahui. Kecuali saat dites swab/PCR.
Baca Juga: Hanya dengan Rutin Lakukan 4 Cara Alami Ini Bisa Bantu Cegah Penyakit Asam Urat Kambuh, lo!
Walaupun tanpa gejala, tetap saja OTG memiliki potensi untuk menularkan orang di sekitarnya. Orang dengan daya tahan yang lemah bisa tertular.
Terkadang gejalanya tidak ringan, atau Bisa sedang hingga berat.
"Justru saat ini, yang mengkhawatirkan itu yang OTG yang saat ini sedang banyak. Di sinilah pentingnya menjaga daya tahan tubuh secara optimal, di samping kita menerapkan protokol kesehatan seperti cuci tangan, wajib pakai masker, dan sebagainya," paparnya.
Baca Juga: Terbukti Berbahaya untuk Penderita Asam Urat, Ini Beberapa Makanan yang Baiknya Dihindari
Bintang film dan ayah dua anak Christian Sugiono selama ini mengaku sejak lima tahun lalu mengonsumsi Imboost.
Pemilihan Imboost sebagai suplemen karena baik untuk dikonsumsi setiap hari, agar dapat selalu bekerja dengan baik tanpa khawatir drop atau jatuh sakit. Selain itu juga sangat baik saat melakukan pekerjaan jauh dan melelahkan.
"Badan saya terasa lebih kuat dan tahan penyakit meskipun melakukan kegiatan yang melelahkan. Apalagi ketika terasa mulai drop atau mau sakit, saya langsung konsumsi Imboost dan badan saya tidak jadi sakit," ujar pria yang menyukai traveling ini.
Baca Juga: Ini Trik Mudah Hilangkan Cegukan yang Mengganggu Menurut Ahli
Raphael Aswin Susilowidodo, M.Si, VP Research & Development and Regulatory SOHO Global Health mengatakan immunomodulator yang baik mengandung ekstrak Echinacea pupurea dan zinc picolinate.
Kandungan ekstrak Echinacea purpurea telah terbukti secara klinis dapat memodulasi atau mengatur sistem daya tahan tubuh dan mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut.
Sementara zinc picolinate berperanan aktif dan bekerja sinergis pada sistem imun tubuh.
Baca Juga: Hanya dengan Rutin Lakukan 4 Cara Alami Ini Bisa Bantu Cegah Penyakit Asam Urat Kambuh, lo!
Imboost merupakan produk immunomodulator dari bahan natural yang berfungsi memodulasi sistem imun tubuh dari SOHO Global Health yang mengandung ekstrak Echinacea pupurea dan zinc picolinate.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)