Waspadai Manipulasi Gaslighting agar Tak Perlu Minta Maaf Saat Tidak Bersalah

By Siti Sarah Nurhayati, Rabu, 21 Oktober 2020 | 14:04 WIB
Waspadai Manipulasi Gaslighting Agar Tak Perlu Minta Maaf Saat Tidak Bersalah (Istock)

Terdengar simpel, bukan? Namun, pada kenyataannya gaslighting ini sangat berbahaya bagi kesehatan mental.

Efeknya pun tak main-main, sebab secara bertahap perilaku ini bisa membuat korban tak percaya diri hingga sulit membedakan antara kebenaran dan kebohongan.

“Efek yang paling parah banget, bisa membuat korban mengakhiri hidupnya karena merasa dia enggak berharga dan menjadi beban setelah selalu gagal atau salah terus."

"Makanya si gaslighter (pelaku gaslighting) ini mereka seperti predator alias bisa mendeteksi orang mana yang lemah yang bisa di-gaslighting dan mana yang enggak,” kata Anas, sapaan akrab Anastasia Satriyo.

Baca Juga: Peduli Kesehatan Jiwa, Menjadi Manusia Buka Ruang Bercerita di Hari Kesehatan Mental Sedunia

Sifat Nartistik

Sebenarnya gaslighting sendiri bukanlah istilah baru dalam dunia psikologi. Istilah ini sudah hadir sejak tahun 1940-an, kala sutradara Inggris, Thorold Dickinson, merilis film ketiganya berjudul Gaslight.

Di sana diceritakan seorang lelaki bernama Paul Mallen seorang psikopat yang terus menuduh istrinya, Bella Mallen, untuk kesalahan yang tidak diperbuat sang istri.

Semakin lama tuduhan itu pun semakin menyesakkan dan membuat Bella menjadi gila dan kebingungan akan realita.

Baca Juga: Sosial Media Bikin Pusing? Ini Langkah Detoks Sosmed yang Bisa Dicoba

Infografis Gaslighting (Infografis | Christina Dwi)