NOVA.id - Industri teknologi yang makin masif masih lekat dengan citra maskulin.
Peran perempuan dalam teknologi pun masih terhitung minim.
Namun, seorang perempuan asal Indonesia ini mampu membuktikan kualitasnya di kancah dunia.
Baca Juga: Biodata Ovi Dian, Artis Crazy Rich Indonesia yang Viral di Vlog Boy William
Ia adalah Moorissa Tjokro, 1 dari 6 Autopilot Software Engineer perempuan yang bekerja untuk perusahaan Tesla di California.
Perempuan berusia 26 tahun ini secara langsung diajak oleh Tesla untuk bekerja di perusahaan mereka.
"Sekitar dua tahun yang lalu, temanku sebenarnya intern (magang) di Tesla. Dan waktu itu dia sempat ngirimin resume-ku ke timnya. Dari situ, aku tuh sebenarnya enggak pernah apply, jadi langsung dikontak sama Tesla-nya sendiri. Dan dari situlah kita mulai proses interview," ujarnya, dilansir dari Kompas.com.
Tahun 2011, saat baru berusia 16 tahun, Moorissa mendapat beasiswa Wilson and Shannon Technology untuk kuliah di Seattle Central College.
Pada waktu itu ia tidak bisa langsung kuliah di institusi besar atau universitas di Amerika, yang memiliki persyaratan umur minimal 18 tahun.
Tahun 2012, Moorissa yang telah memegang gelar Associate Degree atau D3 di bidang sains, lalu melanjutkan kuliah S1 jurusan Teknik Industri dan Statistik, di Georgia Institute of Technology di Atlanta.
Baca Juga: Biodata Jakob Oetama, Wartawan Senior Sekaligus Pendiri Kompas Gramedia Group
Selain aktif berorganisasi di kampus, berbagai prestasi pun berhasil diraihnya, antara lain President’s Undergraduate Research Award dan nominasi Helen Grenga untuk insinyur perempuan terbaik di Georgia Tech.
Tidak hanya itu, ia pun menjadi salah satu lulusan termuda di kampus, di umurnya yang baru 19 tahun, dengan predikat Summa Cum Laude.
Ia kemudian melanjutkan S2 di jurusan Data Science di Universitas Columbia.
Meskipun menggeluti dunia STEM, Moorissa ternyata memiliki passion mendalam dalam bidang kemanusiaan.
Hal ini dibuktikan dari sederet pengalaman relawan kemanusiaan di profil LinkedIn dan webiste pribadinya (moorissatjokro.com).
Sejak tahun 2011 hingga kini, ia menjadi advokat humanitarian dan SDG untuk PBB.
Selain itu, ia juga menjadi relawan untuk mengajar ilmu soal data science di berbagai negara seperti Brazil hingga Afrika Selatan.
Ia pun telah merilis sederet tulisan ilmiah soal data science yang tertera di laman websitenya.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)