“Sekaranglah waktunya untuk memanfaatkan akumulasi penyangga neraca yang telah ditingkatkan saat masa keemasan sebelumnya," ujar Carstens seperti dikutip dari Financial Times.
Dalam laporan Bank DBS Indonesia, sektor perbankan diprediksikan siap untuk mendukung penyelesaian krisis yang sedang berlangsung, meskipun bukan berarti tanpa risiko sama sekali.
Oleh karena itu, meskipun industri perbankan akan tetap siap mengawal pemulihan perekonomian nasional, tapi akan tetap memperhatikan beberapa kondisi.
Baca Juga: Pernah Terjadi Sebelumnya, Ini Bedanya Resesi Ekonomi 1998 dan 2020
Adapun tantangan lain yang saat ini menjadi kekhawatiran sektor perbankan di antaranya rasio kredit di kawasan ini yang cukup tinggi, serta rasio pembayaran utang juga cukup tinggi meskipun tier 1 capital buffers telah meningkat hampir di semua wilayah.
Ketika dukungan kebijakan stimulus berakhir, beberapa bisnis dan rumah tangga diprediksi akan menghadapi kesulitan yang pada gilirannya bisa mengganggu kualitas aset bank di level regional.
Penyebabnya bank-bank di Asia pada umumnya mengalami peningkatan utang rumah tangga dan perusahaan dalam beberapa tahun terakhir.
Baca Juga: Sebelum Menyesal, Ini 5 Cara Pintar Atur Uang untuk Hadapi Resesi