NOVA.id - Investasi dengan tawaran imbalan yang besar dalam waktu singkat kerap kali menggiurkan.
Namun, kita tidak bisa langsung kepincut.
Kita perlu waspada karena itu bisa jadi bahaya sebuah penipuan investasi, salah satunya disebut sekma ponzi.
Nah, salah satu penipuan investasi yang banyak ditemukan adalah skema ponzi.
Pengamat Ekonomi A Prasetyantoko menjelaskan soal istilah ponzi.
Ponzi mengambil nama seorang mafioso Italia yang menetap di AS, yakni Carlo Pietro Giovanni Guglielmo Tebaldo Ponzi atau Charles Ponzi.
Baca Juga: Niat Mau Investasi, Momo Geisha Justru Ditipu Developer Bodong
Ia seorang pengusaha yang menjelankan bisnis dengan cara kotor melalui tipu muslihat untuk menumpuk keuntungan.
Sementara itu seorang pemikir ekonomi beraliran strukturalis, Hyman Minsky, memaparkan secara teoretis 3 perilaku agen ekonomi.
Mereka terbagi jadi golongan hedge, speculative, dan ponzi.
Baca Juga: Investasi Grup WA Rawan Penipuan, Begini Cara Menghindarinya
Nah, golongan ketiga ponzi apabila ini dengan sengaja membiarkan dirinya tidak mampu melunasi kewajibannya.
Jika mereka berhutang, utang-utangnya tidak akan tertutup meski seluruh asetnya dijual.
Investasi skema ponzi ini biasnaya menyerang wilayah elite.
Baca Juga: Cara Investasi Reksa Dana Pendapatan Tetap, Ini Manfaat dan Risikonya
Trik yang digunakan dengan cara menjual nama-nama besar sebagai endorser.
Mereka punya sistem pengelolaanny rapi dan terkesan bonafide.
Seebenarnya skema yang dijalankan itu sama sekali tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Baca Juga: Kenali 3 Ciri Investasi Bodong, Hindari Bahayanya dengan Cara Ini
Istilah lainnya adalah piramida skema ponzi.
Gozali menjelaskan sol skema Ponzi dalam investasi.
Skema investasi ponzi adalah skema investasi bertingkat atau sering disebut piramida.
Investor yang lebih awal mendapatkan hasil dari setoran investasi para investor yang masuk belakangan.
Baca Juga: Cara Investasi Reksa Dana Saham yang Benar, Simak 3 Hal Ini Dahulu
Pada beberapa kasus skema ini biasanya berkedok usaha.
Tapi uang investor tidak digunakan untuk modal, uang dari investor justru dipakai untuk membayar keuntungan yang dijanjikan pada investor yang bergabung di awal.
"Investor yang datang belakangan bagaimana? dia dapat untung juga dari investor berikutnya, dan begitu seterusnya," kata Gozali.
Gozali menyebut, ada beberapa ciri-ciri umum skema Ponzi yang bisa dikenali.
Pertama, mereka menjanjikan imbal hasil yang tetap tiap bulan dengan angka imbal hasil sangat tinggi (>2 persen per bulan).
Baca Juga: Hindari FOMO Saat Investasi, Ini Pengertian dan Sederet Kerugiannya
Usaha mereka pun biasanya tidak jelas, maskudnya tidak memiliki skala ekonomi soal modal yang diperlukan.
Biasanya Iivestor lama diajak untuk menggaet investor baru dan mendapat bonus tambahan lagi.
Gozali mengatakan bahwa investasi haruslah logis atau masuk akal.
"Kalau minta modal terus tidak jelas maksimal berapa modal yang diterima, itu sudah jelas nggak masuk akal. Kalau kasih hasil luar biasa tinggi, padahal bisnisnya biasa aja, ya nggak masuk akal juga kan," kata Gozali.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)