NOVA.id - Minyak goreng digunakan untuk menggoreng sekali dan menghasilkan limbah minyak yang biasa kita sebut dengan minyak jelantah.
Di Indonesia minyak jelantah penggunaannya masih terbilang tinggi.
Padahal menggoreng minyak jelantah ini bisa menimbulkan bahaya bagi kesehatan.
Baca Juga: Cara Menghemat Bensin dengan Kapur Barus Hanya Mitos, Ini Alasannya
Melansir Kompas.com, sebuah penelitian dalam Jurnal Biomass and Bioenergy (2009), ahli dari Departemen Teknologi Kimia dan Lingkungan di Universidad Rey Juan Carlos, Spanyol, Luis Fernando Bautista dkk., menyatakan minyak jelantah yang dipakai untuk menggoreng berkali-kali dapat merusak kesehatan tubuh manusia.
Bahkan dampak penggunaan minyak jelantah lebih berbahaya karena bisa sebabkan kanker.
Penelitian yang dilakukan dalam European Journal of Lipid Science and Technology (2007), peneliti dari Brandeis University, Waltham, Amerika Serikat, Kenneth C. Hayes dkk., mengungkap pemakaian minyak jelantah yang berulang-ulang akan meningkatkan gugus radikal peroksida yang mengikat oksigen, sehingga mengakibatkan oksidasi terhadap jaringan sel tubuh manusia.
Baca Juga: Waspada! Bahaya Sering Melewatkan Sarapan dan Makan Tidak Teratur Bisa Sebabkan Kekurangan Nutrisi
Nah, hal itu dapat menyebabkan risiko terkena penyakit kanker.
Sahabat NOVA ternyata bukan hanya berisiko menyebabkan kanker, minyak jelantah juga bisa membawa risiko penyakit lain.
Menurut penelitian, Kenneth C. Hayes dkk., terjadi kerusakan selama proses penggorengan yang menyebabkan turunnya nilai gizi terhadap makanan yang digoreng.
Ciri minyak goreng yang rusak bisa dilihat karena membuat tekstur, penampilan, cita rasa, dan bau yang kurang enak pada makanan.
Baca Juga: Jangan Pernah Menyetir Tanpa Alas Kaki, Bisa Sebabkan Bahaya!
Nah, ternyata adanya pemanasan minyak yang berulang dan tinggi bisa menyebabkan munculnya rasa gatal di tenggorokan.
Selain itu, minyak jelantah lebih gampang membuat batuk konsumen, mempermudah pembengkakan organ, khususnya hari dan ginjal, terjadinya pengendapan lemak dalam pembuluh darah (artherosclerosis), dan risiko penyakit jantung koroner.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)