Utamakan Keamanan Siswa, Fasilitas Cuci Tangan Jadi Salah Satu Syarat Dibukanya Sekolah Kembali

By Yussy Maulia, Selasa, 19 Oktober 2021 | 17:21 WIB
Duta Adaptasi Kebiasaan Baru dr. Reisa Broto Asmoro dalam Keterangan Pers yang digelar oleh Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN) di Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9), Jumat (14/10/2021). (Tangkapan layar Youtube FMB9ID_IKP)

Nova.id - Tahun ini, dunia memperingati Hari Cuci Tangan Sedunia dengan tema "Masa Depan di Tangan Kita, Mari Bergerak Bersama". Untuk diketahui, perayaan itu jatuh setiap tanggal 15 Oktober.

Hari Cuci Tangan Sedunia dapat menjadi momentum untuk mengingat betapa pentingnya cuci tangan pakai sabun (CTPS) di tengah pandemi. Pasalnya, cuci tangan menjadi langkah sederhana untuk mencegah berbagai penularan penyakit, termasuk Covid-19.

Duta Adaptasi Kebiasaan Baru dr. Reisa Broto Asmoro pun mengatakan, mengingat pentingnya cuci tangan untuk kesehatan bersama, ketersediaan fasilitas cuci tangan juga perlu ditingkatkan. Utamanya, di lingkungan sekolah.

Hal itu ia sampaikan dalam Keterangan Pers yang digelar oleh Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN) di Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9), Jumat (14/10/2021).

Baca Juga: Penerapan Prokes Jadi Aspek Penting untuk Hidup Berdampingan dengan Covid-19

"Sekolah yang aman Covid-19, termasuk dengan tersedianya fasilitas cuci tangan pakai sabun, hanya akan menambah kepercayaan diri orang tua untuk mengizinkan anak-anak mereka kembali ke sekolah,” tutur Reisa dalam keterangan resmi yang diterima Nova, Selasa (19/10/2021).

Guna meningkatkan keamanan dan kesehatan di lingkungan sekolah, pemerintah pun mewajibkan setiap sekolah memiliki ketersediaan sarana cuci tangan, sanitasi air, dan kebersihan lingkungan yang memadai.

Seluruh syarat tersebut wajib dipenuhi oleh pihak sekolah sebelum pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas kembali dilaksanakan.

Di samping itu, pemerintah bersama sejumlah mitra swasta juga menyalurkan bantuan berupa penyediaan fasilitas cuci tangan. Bantuan itu disalurkan ke 15.000 sekolah yang meliputi SD, SMP, dan Madrasah di seluruh Indonesia.

Setiap sekolah akan dipastikan memiliki akses ke air bersih, sanitasi baik, dan kebersihan lingkungan yang terjaga. Selain itu, setiap sekolah akan menerima perlengkapan cuci tangan yang meliputi sabun batang dan cair, cairan pembersih tangan, dan cairan disinfektan.

Baca Juga: Siti Nadia Tarmizi: Penanganan Covid-19 di Indonesia Raih Peringkat Tertinggi Asia Tenggara Versi Nikkei

Sementara itu, dari sisi orangtua siswa, survei menemukan bahwa sebagian besar orangtua percaya bahwa sekolah anak mereka sudah siap untuk melakukan PTM kembali.

Survei yang melibatkan 1.200 orangtua dan wali murid di seluruh Indonesia tersebut dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI) dan United Nations Children's Fund (UNICEF) pada 10-14 September 2021.

Bahkan, survei itu juga menunjukkan bahwa sebagian besar orangtua akan mengizinkan anak-anak mereka kembali ke sekolah.

Oleh karena itu, Risa menekankan, selain menyediakan fasilitas cuci tangan, pihak sekolah juga dapat terus menerapkan penggunaan masker, menyediakan saluran udara memadai di ruang kelas, dan memberlakukan sistem kehadiran 50 persen.

 “Mari kita bertindak bersama untuk membuat cuci tangan pakai sabun dilakukan oleh semua. Untuk masa depan kita, anak-anak kita, dan Indonesia yang jauh lebih sehat,” ujar Reisa.

Baca Juga: Bali Akan Kembali Dibuka untuk Turis Asing, Ini Persiapan yang Dilakukan

Sementara itu, Reisa juga mengimbau agar masyarakat juga meningkatkan ketersediaan fasilitas cuci tangan di lingkungan rumah.

Pasalnya, data BPS pada 2020 menunjukkan, 1 dari 4 warga Indonesia tidak memiliki fasilitas cuci tangan di rumah.

Oleh karenanya, Reisa berharap pandemi dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menyediakan fasilitas cuci tangan yang layak di rumah.

Cuci tangan untuk cegah berbagai penyakit

Secara umum, kesadaran masyarakat Indonesia terhadap pentingnya praktik cuci tangan menunjukkan perkembangan positif, terutama setelah pandemi Covid-19 melanda.

Baca Juga: Strategi Pengendalian Covid-19 di Indonesia Membuahkan Hasil Positif

Sebelumnya, kata Reisa, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada 2018 kebiasaan cuci tangan masyarakat Indonesia masih dibawah 50 persen.

Namun, setelah pandemi, UNICEF dan Kementerian Kesehatan Indonesia (Kemenkes) melaporkan bahwa praktik cuci tangan di kalangan masyarakat Indonesia sudah naik hingga 60 persen.

Bahkan, hasil survei BPS yang dilakukan pada 13-20 Juli 2021 menunjukkan, 75 persen masyarakat Indonesia sudah menerapkan kebiasaan cuci tangan.

"Cuci tangan pakai sabun terkesan sebagai perilaku sederhana. Namun, sebetulnya merupakan kebiasaan baik yang dapat menyelamatkan banyak nyawa," ujar Reisa.

Baca Juga: Meski Aturan PPKM Melonggar, Bukan Berarti Masyarakat Bisa Abai

Reisa menjelaskan, praktik cuci tangan dengan sabur dan air mengalir selama 20 detik dinilai mampu membatasi penularan virus SARS COV-2 penyebab Covid.

Selain itu, data menunjukkan bahwa cuci tangan pakai sabun juga dapat menurunkan risiko penyakit diare hingga 30 persen dan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) hingga 20 persen.

Untuk diketahui, kedua penyakit tersebut merupakan penyebab utama kematian balita di Indonesia.

“Kementerian Kesehatan menyerukan agar semua orang, di manapun, harus melakukan praktik CTPS. Mari tingkatkan praktik cuci tangan kita sampai dengan 100 persen, karena ini adalah cara termudah, termurah, dan tercepat membunuh virus dan kuman lainnya di tangan kita,” ujar Reisa.