Jalankan Program Diet dengan Meal Replacement, Tepat atau Tidak?

By Maria Ermilinda Hayon, Senin, 17 Januari 2022 | 16:32 WIB
Ilustrasi diet dengan meal replacemnet (Prostock-Studio)

NOVA.id - Ada seribu satu cara menjalankan diet.

Belakangan ini yang kembali populer adalah penggunaan meal replacement.

Tapi sayangnya, masih banyak salah kaprah soal penggunaan meal replacement ini.

Apa itu?

Meal replacement sesuai namanya adalah makanan pengganti, maksudnya di sini adalah pengganti real food.

Yang dimaksud real food adalah makanan alami atau makanan utuh yang tidak melalui proses pengolahan atau pemasakan.

Biasanya produk meal replacement berbentuk susu diet atau milkshake, dalam kemasan botol/kaleng, atau sajian bubuk.

Nah, ada anggapan di masyarakat jika produk meal replacement bisa membuat berat badan turun secepat kilat.

Anggapan ini muncul karena kandungan meal replacement padat gizi—khususnya protein, tapi rendah kalori.

Baca Juga: Diet Meal Replacement Vs Real Food, Mana Lebih Baik? Yuk, Ketahui Manfaat dan Risikonya!

Cara bikinnya pun tak rumit seperti kita menyajikan satu piring penuh makanan sehat.

Cukup tuang dan seduh saja, atau langsung minum, praktis.

Siapa yang tak tergoda?

Toh, mendapatkannya pun tak sulit, banyak dijual di marketplace dengan harga yang cukup terjangkau.

Kondisi inilah yang membuat meal replacement dikenal sebagai “obat diet” atau nutrisi wajib saat jalani program penurunan berat badan.

Banyak yang merasa dietnya akan berhasil jika menggunakan meal replacement secara penuh ketimbang makan sehat dengan real food.

Soal hal ini, belakangan ramai diperdebatkan, salah satunya di media sosial TikTok.

Lantas, benarkah meal replacement adalah nutrisi wajib atau obat diet?

Sejatinya, menurut dr. Johanes Chandrawinata, Sp.GK, MND., dokter spesialis gizi klinik, meal replacement itu harusnya bisa mengganti sebagian dari kebutuhan gizi kita.

Baca Juga: Ingin Diet dengan Meal Replacement? Perhatikan Dulu Zat Gizi dan Cara Penggunaannya! 

Biasanya dengan diet yang rendah kalori, tapi tetap cukup gizi.

“Jadi kalaupun pengganti makan, ada yang namanya meal replacement very low calories diet. Kalorinya di bawah 800 kalori per hari, tapi kebutuhan gizinya 100 persen terpenuhi. Ada makronutrien yakni karbohidrat, lemak, dan protein, serta mikronutrien yakni vitamin dan mineral,” ujar Johanes saat dihubungi NOVA.

Nah masalahnya, menurut dr. Johanes, di Indonesia belum ada meal replacement yang memenuhi syarat untuk mampu memenuhi 100 persen kebutuhan gizi, walaupun rendah kalori.

Makanya, di sini penggunaan meal replacement untuk menggantikan real food secara total dalam program penurunan berat badan kita tidak direkomendasikan.

Memang, sih, meal replacement bisa membantu kita yang diet untuk defisit kalori, tapi tidak wajib secara rutin dikonsumsi.

Ya, boleh saja digunakan, tapi hanya sesekali untuk mengganti satu kali makan.

“Jadi boleh, tapi ada batasannya. Misalnya, kalau lagi lelah membuat sarapan atau makan malam. Ya, daripada tidak makan, kan bisa lumayan dapat proteinnya dari minum meal replacement,” jelas dr. Johanes.

Maka jelas, meal replacement bukanlah obat diet atau ramuan ajaib yang wajib digunakan untuk bisa menurunkan berat badan dalam satu malam.

Kita pun perlu ingat, bahwa diet adalah proses untuk jangka panjang.

Baca Juga: Tips Diet Aman Tanpa Takut Bahaya, Konsumsi Minuman Rempah-Rempah Ini!

Kalau bisa, setelah turun, berat badannya bisa dibuat stabil.

Jadi, mesti dipikirkan dengan matang, bisa enggak, ya, stabil untuk jangka panjang?

Nyaman atau tidak dengan bentuk makanannya?

Kualitas hidup menurun atau enggak kalau makan meal replacement?

Jangan sampai, nih, karena penggunaan meal replacement yang tak tepat, dan tak diimbangi pola makan sehat jangka panjang, malah membuat berat badan turun naik seperti yoyo.

Jangan salah, banyak, lho, kejadian yang saat menjalani diet dengan bantuan meal replacement berat badannya turun drastis dalam waktu singkat, tapi begitu lepas dari meal replacement langsung naik lagi dengan cepat.

Bahkan, bisa lebih dari semula.

Bukan salah meal replacement-nya, tapi karena pola penggunaannya yang kurang tepat.

Jadi, program diet dengan menggunakan meal replacement juga harus tepat penggunaannya ya.

Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.

Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)