NOVA.id - Belum lama ini, aktris Prilly Latuconsina mengaku mengindap PTSD alias Post Traumatic Stress Disorder.
Prilly mengatakan bahwa dirinya sudah lama konsultasi ke psikolog mengenai PTSD ini.
"Aku memang ke psikolog, aku mengidap post traumatic stress disorder. Jadi aku tahu banget rasanya ke psikolog, tahu banget merasakan itu bagaimana," ujar Prilly, Jumat (04/02) dilansir dari Kompas.com.
Pertanyaannya, apa itu PTSD? Melansir Mayo Clinic, PTSD adalah kondisi kesehatan mental yang dipicu oleh peristiwa traumatis atau menakutkan, baik karena mengalaminya atau menyaksikannya.
Apa saja yang termasuk peristiwa traumatis?
Peristiwa paling umum yang mengarah pada pengembangan PTSD meliputi:
- Kekerasan fisik masa kecil
- Kekerasan seksual
- Serangan fisik
- Diancam dengan senjata
- Kecelakaan
- Kebakaran
- Bencana alam
- Penjambretan atau perampokan
- Penyiksaan
- Penculikan
- Diagnosis medis yang mengancam jiwa
- Serangan teroris
- Peristiwa ekstrem atau mengancam jiwa lainnya
Kebanyakan orang yang mengalami peristiwa traumatis mungkin mengalami kesulitan sementara untuk menyesuaikan diri. Tetapi dengan waktu dan perawatan diri yang baik, mereka biasanya menjadi lebih baik.
Namun, jika gejalanya memburuk, berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, dan mengganggu kegiatan sehari-hari, kita mungkin menderita PTSD.
Baca Juga: Dialami Aliando Syarief, Apa itu OCD? Kenali Peyebab dan Gejalanya di Sini
Gejala PTSD
Gejala PTSD dapat dimulai dalam waktu satu bulan setelah peristiwa traumatis.
Tetapi terkadang gejala PTSD mungkin tidak muncul sampai bertahun-tahun setelah peristiwa tersebut.
Gejala PTSD umumnya dikelompokkan menjadi empat jenis, yakni ingatan yang mengganggu, penghindaran, perubahan negatif dalam pemikiran dan suasana hati, dan perubahan reaksi fisik dan emosional.
Gejala dapat bervariasi dari waktu ke waktu atau bervariasi dari orang ke orang. Berikut penjelasan gejala PTSD secara lebih rinci:
1. Ingatan yang mengganggu
Gejala ini bisa meliputi:
- Kenangan berulang
- Kilas balik
- Mimpi buruk atau mimpi buruk tentang peristiwa traumatis
- Tekanan emosional yang parah atau reaksi fisik terhadap sesuatu yang mengingatkan kita pada peristiwa traumatis
2. Penghindaran
Baca Juga: Apa Itu Egg Freezing? Dilakukan Luna Maya agar Bisa Hamil di Usia Tua
Gejala penghindaran meliputi:
- Mencoba untuk menghindari berpikir atau berbicara tentang peristiwa traumatis
- Menghindari tempat, aktivitas, atau orang yang mengingatkan pada peristiwa traumatis
3. Perubahan negatif dalam pemikiran dan suasana hati
Gejala perubahan negatif dalam pemikiran dan suasana hati mungkin termasuk:
- Pikiran negatif tentang diri sendiri, orang lain atau dunia
- Keputusasaan tentang masa depan
- Masalah memori, termasuk tidak mengingat aspek penting dari peristiwa traumatis
- Kesulitan mempertahankan hubungan dekat
- Merasa terpisah dari keluarga dan teman
- Kurangnya minat pada aktivitas yang pernah dinikmati
- Kesulitan mengalami emosi positif
- Merasa mati rasa secara emosional
4. Perubahan reaksi fisik dan emosional
Gejala perubahan reaksi fisik dan emosional (juga disebut gejala gairah) dapat meliputi:
- Menjadi mudah terkejut atau takut
- Selalu waspada terhadap bahaya
- Perilaku merusak diri sendiri, seperti minum terlalu banyak atau mengemudi terlalu cepat
- Sulit tidur
- Sulit berkonsentrasi
- Iritabilitas, ledakan kemarahan, atau perilaku agresif
- Rasa bersalah atau malu yang luar biasa
Penyebab PTSD
Baca Juga: Apa yang Harus Dilakukan Jika Teman Depresi? Simak 7 Tips Ini
PTSD bisa terjadi jika kita melalui atau melihat suatu peristiwa traumatis, seperti bencana alam, perang, atau kekerasan.
Seperti kebanyakan masalah kesehatan mental, PTSD mungkin disebabkan oleh campuran kompleks dari:
- Pengalaman yang membuat stres, termasuk jumlah dan tingkat keparahan trauma yang kita alami dalam hidup
- Risiko kesehatan mental yang diturunkan, seperti riwayat keluarga yang cemas dan depresi
- Fitur bawaan dari kepribadian
- Cara otak mengatur bahan kimia dan hormon yang dilepaskan tubuh sebagai respons terhadap stres
Faktor risiko
Orang-orang dari segala usia dapat mengalami gangguan stres pasca-trauma.
Namun, beberapa faktor ini dapat membuat kita lebih mungkin mengalami PTSD, yaitu:
- Mengalami trauma yang intens atau bertahan lama
- Pernah mengalami trauma lain di awal kehidupan, seperti pelecehan masa kanak-kanak
- Memiliki pekerjaan yang meningkatkan risiko terkena peristiwa traumatis, seperti personel militer
- Memiliki masalah kesehatan mental lainnya, seperti kecemasan atau depresi
- Memiliki masalah dengan penyalahgunaan zat, seperti minum berlebihan atau penggunaan narkoba
- Kurangnya sistem dukungan keluarga dan teman yang baik
- Memiliki kerabat darah dengan masalah kesehatan mental, termasuk kecemasan atau depresi
Cara Mencegah
Setelah selamat dari peristiwa traumatis, banyak orang memiliki gejala mirip PTSD pada awalnya, seperti tidak dapat berhenti memikirkan apa yang terjadi.
Baca Juga: Sedang Merasa Tidak Berharga? Ini Penyebab dan 5 Cara Mengatasinya
Ketakutan, kecemasan, kemarahan, depresi, rasa bersalah itu semua adalah reaksi umum terhadap trauma.
Namun, sebagian besar orang yang terpapar trauma tidak mengalami gangguan stres pasca-trauma jangka panjang.
Dengan m endapatkan bantuan dan dukungan tepat waktu dapat mencegah reaksi stres normal menjadi lebih buruk dan berkembang menjadi PTSD.
Caranya, dapatkan dukungan dari keluarga dan teman-teman. Bisa juga mencari profesional kesehatan mental untuk kursus terapi singkat.
Beberapa orang mungkin juga merasa terbantu untuk bergabung ke komunitas keagamaan.
Baca Juga: Cerita Sarwendah Harus ke Psikolog Karena Hal Ini: Takutnya Kecewa
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)