6 Alasan Korban KDRT Bertahan dalam Hubungan yang Abusive

By Presi, Jumat, 14 Oktober 2022 | 20:05 WIB
Ilustrasi alasan para korban KDRT bertahan di hubungan yang abusive. (Jelena Stanojkovic)

NOVA.id - Topik tentang kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) kini menjadi perbincangan banyak orang.

Hal ini karena ramainya pemberitaan soal kasus KDRT yang dilakukan aktor Rizky Billar kepada istrinya, Lesti Kejora

Bagi yang tidak pernah mengalami KDRT, mungkin akan sulit mengerti mengapa korban kekerasan memilih untuk bertahan.

Meninggalkan hubungan yang abusive tidaklah semudah kedengarannya.

Namun, sebagian korban KDRT memang ada yang memilih untuk bertahan dengan pasangannya karena beberapa alasan.

Lantas, apa alasan para korban KDRT bertahan di hubungan yang abusive?

Melansir laman Marriage, berikut ini 6 kemungkinan alasan korban KDRT bertahan dalam hubungan yang abusive.

1. Merasa malu

Tidak mengherankan bahwa rasa malu adalah salah satu alasan utama mengapa korban KDRT tetap bertahan.

Banyak yang berpikir bahwa meninggalkan rumah, putus dengan pelaku atau bercerai, menunjukan sebuah kegagalan.

Tidak memenuhi harapan masyarakat seringkali memberikan banyak tekanan pada korban, itulah sebabnya mereka merasa harus tetap bertahan meski hubungannya abusive.

Baca Juga: 7 Pernyataan Lesti Kejora Soal KDRT Rizky Billar, Sudah Beri Maaf hingga Singgung Rujuk

Jika Sahabat NOVA adalah korban KDRT, ingatlah bahwa meninggalkan pelaku bukanlah tanda kelemahan.

Sebaliknya, ini adalah tanda kekuatan yang menunjukkan bahwa seseorang cukup kuat untuk memutuskan siklus dan mencari kehidupan yang lebih baik.

2. Merasa bertanggung jawab

Beberapa korban KDRT berpendapat bahwa mereka mungkin melakukan sesuatu yang memcicu kekerasan dari pelaku.

Sehingga mereka masih merasa bertanggung jawab atas insiden ini.

Pelaku kekerasan biasanya memberi tahu korbannya bahwa tindakan mereka membuat dirinya marah.

Ingatlah bahwa tak satu pun dari pemikiran ini menjadi alasan untuk melakukan kekerasan.

Apabila kekerasan bersifat psikologis, korban berpikir bahwa hal ini tidak benar-benar termasuk dalam kategori KDRT karena tidak memiliki memar untuk ditunjukkan.

Namun, seringkali harga diri korban bisa terpengaruh ke titik di mana mereka percaya bahwa mereka pantas mendapatkan kata-kata kasar.

3. Tidak punya tempat untuk pergi

Terkadang, korban KDRT tidak punya tempat untuk pergi. Dan, itulah alasan mengapa mereka takut meninggalkan hubungan yang toksik seperti itu.

Baca Juga: Alasan Lesti Kejora Cabut Laporan KDRT Rizky Billar, Akui Sudah Memaafkan

Mereka akan terus bertahan apalagi jika mereka secara finansial bergantung pada pelaku KDRT.

Korban KDRT bisa saja merasa gagal jika pernikahan mereka hancur dan mungkin mereka tidak akan kembali ke orang tua mereka.

Mereka juga mungkin merasa bahwa mengandalkan teman sering kali hanya menjadi solusi sementara.

Mereka takut temannya terlibat ke dalam pertengkaran dengan pasangan mereka.

Di sisi lain, korban KDRT seringkali begitu terisolasi sehingga mereka tidak memiliki kehidupan di luar rumah dan merasa sendirian tanpa teman yang dapat mereka andalkan.

4. Merasa takut

Korban KDRT bisa jadi merasa takut kekerasan terjadi lebih buruk sehingga memilih untuk bertahan.

Jika korban memilih untuk melaporkan pasangannya, mereka berisiko mengalami kekerasan yang lebih parah, apabila polisi tidak melakukan apa pun untuk membantu mereka.

Bahkan jika mereka berhasil memenangkan sebuah kasus dan pasangan mereka dihukum, kemungkinan pelaku akan mencari korban setelah bebas untuk membalas dendam.

5. Karena cinta

Salah satu alasan utama mengapa korban tidak meninggalkan pelakunya adalah karena mereka jatuh cinta.

Baca Juga: Cara Mengatasi Trauma Akibat KDRT, 4 Hal Ini Penting Dilakukan

Dalam beberapa kasus, korban masih melihat sekilas orang yang mereka cintai, pada pelakunya.

Hal ini sering membuat mereka berpikir bahwa pelaku dapat berubah kembali seperti semula.

Korban percaya bahwa mereka dapat membantu pelaku untuk berubah dengan menunjukkan dukungan.

Di sisi lain, pelaku sering berjanji untuk berhenti dan berubah dan korban pun mempercayainya sampai kekerasan ternyata terjadi lagi.

6. Mengkhawatirkan anak-anak

Ketika ada anak-anak yang terlibat, seluruh situasi menjadi lebih sulit.

Korban biasanya tidak ingin melarikan diri dan meninggalkan anak-anak dengan pasangannya yang abusive.

Namun, di sisi lain membawa anak-anak pergi dari rumah dapat menimbulkan banyak masalah hukum.

Oleh karena itu, mereka rela tinggal di rumah yang penuh kekerasan ini untuk mencegah anak-anak mereka mengalami kekerasan yang sama.

Itulah beberapa alasan korban KDRT memilih bertahan di hubungan yang abusive. 

Sebagai teman atau kerabat, kita bisa membantu korban KDRT dengan hal-hal berikut ini. Klik di sini untuk tahu lebih lanjut.

Baca Juga: Berkaca dari Kasus Lesti Kejora, Inilah 8 Cara Membantu Korban KDRT

Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.

Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)