Dalam kesempatan yang sama, Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, SpPD, K-AI, dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Alergi Imunologi Klinik menjelaskan, "Alergi merupakan hal yang sering ditemukan pada pasien."
"Ada beberapa cara alergen masuk ke dalam tubuh, yaitu lewat inhalan (saluran napas), ingestan (saluran cerna), injektan (suntikan) dan kontak langsung dengan kulit."
"Respons pada alergi bisa berbeda-beda, tergantung dari sumber alergen dan bagaimana cara alergen itu masuk ke tubuh."
Reaksi alergi yang umum dijumpai, tambahnya, bisa berupa alergi kulit seperti urtikaria / biduran dan alergi pernafasan berupa rinitis alergi.
Di Indonesia, angka kejadian alergi berkisar antara 20% - 64%.
Laporan Omnibus survey yang dilakukan Nielson di tahun 2005 mencatat gejala alergi yang umum dijumpai berupa alergi kulit dan rinitis alergi yang mencapai 24%.
Insidensi dermatitis atopi di Indonesia di angka 23,67%.
Urtikaria dan rinitis alergi merupakan penyakit atopik yang paling sering muncul, dengan riwayat keluarga atopik positif sebesar 60,79%.
Prof. Iris menambahkan, gejala atau reaksi alergi memiliki tingkat keparahan yang bervariasi, mulai dari yang umum sampai yang parah (anafilaksis).
Reaksi umum Alergi bisa berupa: bersin dan hidung gatal, berair atau tersumbat (rinitis alergi); mata gatal, merah, berair (konjungtivitis); sesak napas dan batuk; ruam merah yang menonjol dan gatal; bibir, lidah, mata atau wajah bengkak; sakit perut, merasa sakit, muntah atau diare; kulit kering, merah dan pecah-pecah.
"Misalnya, salah satu cara melihat tingkat keparahan alergi bisa menggunakan SCORAD (Score of atopic dermatitis), suatu indeks yang bisa menilai derajat keparahan inflamasi Dermatitis Atopik dengan menilai luas luka, tanda inflamasi (eritema, indurasi, ekskoriasi, papul, likenifikasi), keluhan gatal dan gangguan tidur,” jelasnya.
Baca Juga: Cara Menghilangkan Sisa Pestisida pada Bahan Makanan, Cegah Zat Berbahaya Masuk ke Tubuh