NOVA.id - Kasus COVID-19 terus melonjak hingga tiga kali lipat selama sebulan terakhir.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tambahan kasus Covid-19 selama periode 3-9 November lalu telah mencapai 35.248 atau naik 47,3% dibandingkan pekan sebelumnya (27 Oktober-2 November) yang menembus 23.39%.
Catatan Kementerian Kesehatan RI bahkan menyatakan, dalam periode 8-9 November 2022 kemarin, terdapat 43 pasien Covid-19 yang tutup usia.
Secara nasional, Kementerian Kesehatan mengumumkan rata-rata harian dalam satu minggu lalu terjadi peningkatan kasus di 30 provinsi, dengan kasus terkonfirmasi sebanyak lebih dari 6 ribu kasus.
47,3% kasus COVID terkonfirmasi masih didominasi subvarian BA.4 dan BA.5, serta subvarian XBB yang mulai tampak di pertengahan Oktober.
Namun selain ketiga subvarian tersebut, pemerintah juga menemukan ada subvarian XBB1 dalam pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) pasien.
Terkait kenaikan tren kasus COVID-19, Prof dr Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MHA, DTM&H, DTCE, FIRS, mantan Direktur Penanggulangan Penyakit Menular WHO menyampaikan harapannya agar masyarakat tidak lengah dan terus bersiaga terhadap ancaman lonjakan kasus COVID yang belum terlihat berhenti.
"Data-data di atas harus menjadi perhatian kita agar masyarakat bisa mencegah agar tidak jatuh sakit atau masuk rumah sakit. Apalagi kemarin yang meninggal lebih dari 40 orang, itu kan sudah kasus yang tinggi," ujarnya.
Dengan lonjakan kasus COVID yang terus meningkat, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini berharap masyarakat tidak mengendorkan kewaspadaan guna meminimalisir dan menghindari penularan COVID-19 .
Sesuai aturan dalam ketentuan Protokol Kesehatan berdasarkan Surat Edaran Nomor 20/2022 yang baru dikeluarkan Satgas Penanganan COVID-19, Prof Tjandra memberikan beberapa panduan agar masyarakat terhindar dari penularan berbagai subvarian COVID-19 yang ada di sekeliling kita.
"Yang pertama, kembalikan kepatuhan terhadap protokol kesehatan sesuai aturan yang berlaku. Selalu pakai masker dan jangan lupa cuci tangan serta sebisa mungkin menghindari kerumunan sesuai situasi dan kondisi. Dan selain itu, segera vaksinasi untuk meminimalisir hospitalisasi dan kematian akibat COVID-19," paparnya.
Baca Juga: Obat Isoman Covid-19 Bisa Diambil Langsung ke Apotek! Begini Syaratnya
Kedua, lanjut Prof Tjandra, segera lakukan tes (antigen/PCR) apabila ada kecurigaan tertular karena baru melakukan kontak dengan pasien, apalagi kalau sudah merasakan gejala- gejalanya.
"Lebih baik segera lakukan tes untuk memastikan dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan," tambahnya.
Testing dan Tracing dengan Antigen Terpercaya
Satgas COVID-19 dalam surat edarannya telah memberlakukan ketentuan skrining spesifik bagi kegiatan yang melibatkan pejabat setingkat menteri ke atas (VVIP) wajib mensyaratkan hasil negative PCR 2X24 jam.
Sementara bagi kegiatan yang bukan forum multilateral dan tidak melibatkan VVIP wajib memiliki prosedur pemeriksaan gejala dan tes antigen bagi suspek COVID-19.
Selain itu, Pemerintah telah merumuskan beberapa rencana strategis terkait adanya kenaikan kasus COVID-19.
Yang pertama percepatan WGS terhadap semua pasien yang dirawat agar diketahui proporsi varian virus Covid-19 di Indonesia saat ini.
Selanjutnya pemerintah akan meningkatkan testing dan tracing melalui supply reagen PCR serta mendorong aktivasi laboratorium yang ada.
Dan masyarakat yang terdeteksi positif kendati tidak menunjukkan gejala atau gejala ringan, diminta untuk segera melakukan isolasi agar penularan dapat dikendalikan.
Tak ketinggalan pemerintah juga akan meningkatkan kontrol dan pengawasan di bandara.
Menggarisbawahi rencana strategis pemerintah yang diharapkan bisa memberikan dampak terhadap penurunan angka kasus aktif COVID-19 di Indonesia, Prof Tjandra mengimbau agar masyarakat memilih alat testing (antigen) yang terpercaya kualitasnya.
Baca Juga: Dokter Ungkap Cara Tingkatkan Stamina dan Vitalitas Pasca Covid-19
Ia percaya, alat test antigen Bioquick produksi Abbott yang dipasarkan untuk Indonesia, diproduksi sesuai standar pembuatannya dan terkonfirmasi bisa mendeteksi ratusan subvarian COVID-19.
Sesuai dokumen yang dihasilkan melalui analisis berkelanjutan oleh Koalisi Pertahanan Pandemi Abbot (Abbot Pandemic Defense Coalition), dua merek alat tes antigen Abbott yang sedang dan pernah beredar di Indonesia, yaitu Bioquick dan Panbio memperlihatkan kemampuan untuk mendeteksi protein SARS-CoV-2 yang dicari pada ratusan varian/subvarian COVID-19 yang mereka analisa.
Abbott sebagaimana dikatakan juru bicaranya untuk wilayah Asia Pasific beberapa waktu lalu, terus memantau mutasi COVID-19 secara saksama guna memastikan bahwa alat tes dari Abbott, termasuk Bioquick COVID-19 Rapid Ag Test, dapat mendeteksinya.
"Abbott telah melakukan analisis menyeluruh terhadap Covid-19 varian baru, termasuk varian XBB, dan pengujian Abbott tetap efektif dalam mendeteksi varian tersebut," demikian dijelaskan juru bicara Abbott tersebut.
Untuk informasi, Bioquick COVID-19 Ag Rapid Test Device (Nasopharyngeal) merupakan alat diagnostik cepat untuk deteksi SARS-COV-2 Antigen dalam spesimen nasofaringeal dari individu yang diduga terpapar Covid.
Antigen buatan lokal yang dibuat khusus untuk Indonesia ini merupakan pengganti Panbio buatan Abbott yang diedarkan sebelumnya.
Dalam evaluasi klinis yang dilakukan oleh para profesional kesehatan, tes rapid antigen Abbott Bioquick™ (dengan usap hidung) mengidentifikasi 98,1% spesimen positif dan 99,8% spesimen negatif dengan benar. Semua sampel dikonfirmasi negatif atau positif dengan tes RTPCR (usap hidung) yang disetujui.
Baca Juga: Bersama-sama Cegah Kanker Payudara, Perketat Protokol Kesehatan dan Lakukan 10 Tips Berikut Ini
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)