Tak sedikit bagi ibu baru merasakan stres melihat perubahan tersebut. Sehingga, penting bagi kita untuk rileks sejenak dan pelan-pelan mulai menerima perubahan tersebut.
Perubahan tubuh tersebut bahkan tidak permanen, kita bisa mengembalikan bentuk tubuh seperti semula dengan beragam perawatan.
Di sini, pasangan sangat berperan untuk mendukung dan menguatkan kita yang sedang merasakan sedih. Walau begitu, kita sendiri juga yang harus bangkit dan mulai menerima dengan perubahan.
4. Rasa sentuhan yang berkurang
Bayi baru lahir bisa makan 10 hingga 12 kali dalam 24 jam. Itu membuat kita mempunyai lebih banyak waktu untuk melakukan skin-to-skin dengan si kecil.
Meskipun rasa tersebut luar biasa, bagi sebagian orang itu cukup untuk mendapatkan kepuasan seksual sementara.
Sehingga, banyak ibu baru tidak membutuhkan sentuhan dari pasangan.
Namun, ada pula ada yang membuat ibu baru merasa sedih karena banyaknya "sentuhan" baik dari anak maupun pasangannya, sehingga ia merasa tidak memiliki kepemilikan akan tubuhnya.
Hal ini bisa membuat seorang ibu menjadi stres.
"Jelas, sentuhan bayi dan sentuhan pasangan sangat berbeda, tetapi keduanya dapat membuat ibu baru merasa seolah-olah tubuhnya bukan miliknya sendiri," ujar Kimberly Ann Johnson, asisten pendamping untuk ibu hamil dan kelahiran profesional, seorang bodyworker, seksologis, dan penulis The Fourth Trimester: A Postpartum Guide to Healing Your Body, Balancing Your
Untuk membantu mendapatkan kembali rasa kepemilikan itu, kenali jenis sentuhan dan keintiman yang ingin kita terima dari pasangan, lalu lanjutkan dan minta ke pasangan.
Baca Juga: Kapan Waktu yang Tepat untuk Tes Mamografi Deteksi Kanker Payudara?
5. Gairah seksual menurun
Bagi ibu baru, terkadang kita tidak merasakan gairah bercinta dan ini sangat umum terjadi.
Perubahan hormon estrogen dan progesteron di tubuh membuat kita enggan untuk melakukan hubungan intim.
Terlebih saat sedang menyusui. Kadar tersebut "ditekan" oleh hormon prolaktin yang berfungsi menghasilkan ASI sehingga membuat gairah seksual kita cenderung menurun.
Sah-sah saja jika kita tidak ingin melakukan hubungan intim, namun komunikasikan semuanya dengan pasangan.
Jangan kita pendam sendirian karena kesenangan dan keintiman adalah jalan dua arah. Sehingga, pasangan perlu mengetahui apa yang terjadi pada diri kita.
Buat mereka paham dengan kondisi kita sekarang, namun tidak ada salahnya juga untuk memahami kondisi pasangan. Kompromikan semuanya agar tercipta rumah tangga yang harmonis. (*)
Sumber: Healthline.com, Thebump.com, Nct.org.uk