5 Perubahan Tubuh yang Terjadi Ketika Ingin Hubungan Intim saat Sedang Menyusui

By Alsabrina, Sabtu, 4 Maret 2023 | 18:34 WIB
Ilustrasi perubahan yang terjadi pada tubuh ketika ingin melakukan hubungan intim saat sedang menyusui (RyanKing999)

NOVA.id - Bercinta setelah melahirkan memang memiliki tantangan tersendiri, pun saat melakukan hubungan intim saat sedang menyusui.

Ya, perubahan tubuh dan hormon setelah melahirkan dan saat sedang menyusui memiliki andil besar terhadap libido kita.

Hormon estrogen dan progesteron sangat penting untuk dorongan seks kita. Namun, kadar hormon tersebut akan menurun setelah melahirkan dan menyusui.

Sehingga, bagi sebagian perempuan akan merasakan malas berhubungan intim dengan pasangan karena pengaruh hormon tersebut.

Namun, ada pula yang tetap merasakan gairah seksual atau dapat dikatakan tidak terpengaruh terhadap hormon tersebut.

Ya, bagi Sahabat NOVA yang ingin melakukan hubungan intim saat menyusui, perlu mengetahui perubahan yang terjadi pada tubuh.

Ini akan membuat kita bersiap dengan segala kemungkinan yang terjadi. Berikut 5 perubahan tubuh yang terjadi ketika ingin hubungan intim saat menyusui.

1. Payudara terasa sakit dan "bocor"

Dalam beberapa kasus, puting akan terasa sakit pada hari-hari awal menyusui. Namun, ketika kita dan pasangan sudah diperbolehkan untuk bercinta lagi setelah melahirkan, biasanya puting sudah tidak sakit.

Di sisi lain, payudara yang "bocor" dapat terjadi saat kita melakukan hubungan intim dengan pasangan.

Seperti yang diketahui, payudara sudah mulai terisi ASI mulai dari trimester tiga hingga akhirnya melahirkan dan menyusui.

Baca Juga: Hubungan Intim Saat Sedang Menyusui Mempengaruhi Gairah Seksual, Ini Penjelasannya

Sehingga, ketika melakukan hubungan intim saat sedang menyusui, mungkin akan ada momen di mana payudara akan "bocor" ASI atau bahkan menyemprotkan ASI.

Hal ini dikarenakan hormon oksitosin yang meningkat saat bercinta sehingga membuat payudara bocor.

Ketika ingin bercinta dengan pasangan, kita bisa memompa ASI terlebih dahulu atau menyusui si kecil.

Bisa juga dengan mengenakan bra dengan bantalan menyusui untuk menyerap kebocoran.

Kita juga bisa komunikasikan kondisi tersebut sebelumnya kepada pasangan karena takut mengganggu kenikmatan bercinta.

Ya, hal terpenting adalah jujur dan berkompromi satu sama lain dengan pasangan.

2. Kekeringan pada Miss V

Saat menyusui, tubuh akan menghasilkan lebih sedikit estrogen. Estrogen adalah hormon kunci untuk gairah dan lubrikasi alami Miss V.

Dengan kadar hormon yang rendah, kita mungkin merasa lebih lama bergairah dan Miss V kita akan terlalu kering untuk penetrasi yang nyaman selama hubungan intim.

“Saat terjadi penurunan estrogen, terjadi penurunan aliran darah dan pelumasan alami ke alat kelamin,” kata perawat dan konsultan laktasi Amey Fields, RN, IBCLC, pemilik AZ Breastfed Babies di Goodyear, Arizona.

"Karena itu, ibu menyusui dapat mengalami kekeringan Miss V."

Baca Juga: Sederet Manfaat Jika Payudara Dihisap Secara Teratur, Mulai dari Cegah Kanker hingga Mengencangkan Wajah!

Itu juga mengapa lebih banyak laporan mengenai ibu menyusui yang merasakan sakit dan nyeri selama berhubungan badan daripada ibu yang memberi susu formula.

Hal Ini didasari dari laporan yang diterbitkan di jurnal The Obstetrician & Gynaecologist, Amerika Serikat.

Untuk mengatasi kekeringan pada Miss V, kita dan pasangan bisa melakukan foreplay yang lebih lama dan berjaga dengan pelumas berbahan dasar air.

Hindari pelumas dengan gliserin dan pewangi karena bisa menyebabkan iritasi dan infeksi.

Kita juga bisa meminum banyak air untuk mengatasi dehidrasi, bukan hanya untuk Miss V saja tetapi untuk keseluruhan kulit kita.

Bagaimana tahu tubuh kurang hidrasi? Ini terlihat dari warna air urin kita.

Apabila berwarna pekat, maka tubuh kurang air dan sebaliknya, jika berwarna cerah cenderung bening, berarti tubuh sudah cukup air.

3. Bagian tubuh yang berbeda

Ya, selama kehamilan hingga proses menyusui, kita akan menyadari bahwa tubuh kita tidak lagi sama seperti yang dulu.

Mungkin akan timbul stretch mark, selulit, keloid, dan luka bekas pembedahan jika melakukan operasi caesar.

Bukan hanya itu saja, keelastisan Miss V berubah, pun dengan bentuk payudara yang juga berubah.

Baca Juga: Cara Mengencangkan Payudara yang Kendur Secara Alami Tanpa Operasi

Tak sedikit bagi ibu baru merasakan stres melihat perubahan tersebut. Sehingga, penting bagi kita untuk rileks sejenak dan pelan-pelan mulai menerima perubahan tersebut.

Perubahan tubuh tersebut bahkan tidak permanen, kita bisa mengembalikan bentuk tubuh seperti semula dengan beragam perawatan.

Di sini, pasangan sangat berperan untuk mendukung dan menguatkan kita yang sedang merasakan sedih. Walau begitu, kita sendiri juga yang harus bangkit dan mulai menerima dengan perubahan.

4. Rasa sentuhan yang berkurang

Bayi baru lahir bisa makan 10 hingga 12 kali dalam 24 jam. Itu membuat kita mempunyai lebih banyak waktu untuk melakukan skin-to-skin dengan si kecil.

Meskipun rasa tersebut luar biasa, bagi sebagian orang itu cukup untuk mendapatkan kepuasan seksual sementara.

Sehingga, banyak ibu baru tidak membutuhkan sentuhan dari pasangan.

Namun, ada pula ada yang membuat ibu baru merasa sedih karena banyaknya "sentuhan" baik dari anak maupun pasangannya, sehingga ia merasa tidak memiliki kepemilikan akan tubuhnya.

Hal ini bisa membuat seorang ibu menjadi stres.

"Jelas, sentuhan bayi dan sentuhan pasangan sangat berbeda, tetapi keduanya dapat membuat ibu baru merasa seolah-olah tubuhnya bukan miliknya sendiri," ujar Kimberly Ann Johnson, asisten pendamping untuk ibu hamil dan kelahiran profesional, seorang bodyworker, seksologis, dan penulis The Fourth Trimester: A Postpartum Guide to Healing Your Body, Balancing Your

Untuk membantu mendapatkan kembali rasa kepemilikan itu, kenali jenis sentuhan dan keintiman yang ingin kita terima dari pasangan, lalu lanjutkan dan minta ke pasangan.

Baca Juga: Kapan Waktu yang Tepat untuk Tes Mamografi Deteksi Kanker Payudara?

5. Gairah seksual menurun

Bagi ibu baru, terkadang kita tidak merasakan gairah bercinta dan ini sangat umum terjadi.

Perubahan hormon estrogen dan progesteron di tubuh membuat kita enggan untuk melakukan hubungan intim.

Terlebih saat sedang menyusui. Kadar tersebut "ditekan" oleh hormon prolaktin yang berfungsi menghasilkan ASI sehingga membuat gairah seksual kita cenderung menurun.

Sah-sah saja jika kita tidak ingin melakukan hubungan intim, namun komunikasikan semuanya dengan pasangan.

Jangan kita pendam sendirian karena kesenangan dan keintiman adalah jalan dua arah. Sehingga, pasangan perlu mengetahui apa yang terjadi pada diri kita.

Buat mereka paham dengan kondisi kita sekarang, namun tidak ada salahnya juga untuk memahami kondisi pasangan. Kompromikan semuanya agar tercipta rumah tangga yang harmonis. (*)

Sumber: Healthline.comThebump.comNct.org.uk