NOVA.ID - Media sosial dihebohkan dengan aksi seorang ibu (A) menenggelamkan bayinya ke dalam ember lantaran alami baby blues.
A mengalami sindrom baby blues sehingga menenggelamkan bayinya ke dalam ember berisi air.
"Berdasarkan pengakuan yang bersangkutan, dia mengaku mengalami baby blues," jelas Lia Pejabat Sementara (Pjs) Ketua Umum Komnas PA.
Untuk Sahabat NOVA ketahui, sindrom baby blues adalah perasaan sedih, lelah, dan cemas yang umumnya muncul dalam beberapa hari hingga minggu setelah melahirkan.
Tidak bisa disepelekan, jika gejala ini tak mereda, kemungkinan besar seorang ibu akan menderita depresi pasca-persalinan.
Lia mengungkapkan, A mengaku depresi karena harus mengasuh tiga anaknya yang masih balita.
"Jadi kemarin itu ibunya cerita bahwa dia mengalami depresi, dia mengalami stres, mengalami kebingungan pada saat dia harus merawat tiga balita sekaligus," ujar Lia.
Risiko jarak kehamilan terlalu dekat berdampak pada kesehatan ibu dan calon bayi, di antaranya:
1. Kondisi fisik dan mental ibu belum pulih benar
Dilansir dari Antara, setelah melahirkan, fisik dan mental ibu butuh waktu untuk pulih sampai siap hamil lagi.
Kondisi fisik dan mental ibu hamil lagi belum prima karena masih menyusui, kurang tidur, merawat bayinya, dan terkadang bekas jahitan atau luka melahirkan masih terasa nyeri.
Baca Juga: Jangan Anggap Sepele! Alami Baby Blues, Ibu di Jaksel Tenggelamkan Bayinya Dalam Ember
2. Meningkatkan risiko anemia saat hamil
Dikutip dari Women’sHealth, jarak kehamilan terlalu dekat juga berisiko meningkatkan anemia pada ibu hamil.
Pasalnya, ibu biasanya masih menyusui dan cadangan nutrisinya belum kembali optimal setelah persalinan.
3. Ibu bakal lebih sering kontraksi palsu
Ketika masih aktif menyusui bayinya, ibu bakal melepaskan hormon oksitosin.
Efek pelepasan hormon ini bisa membuat kontraksi palsu saat hamil jadi lebih sering dan lebih kencang.
Selain itu, kehamilan juga bisa membuat produksi ASI makin seret.
4. Meningkatkan risiko bayi lahir prematur
Dilansir dari Guardian, jarak kehamilan kurang dari setahun dari persalinan sebelumnya memiliki risiko melahirkan bayi prematur sebanyak 8,5 persen lebih tinggi dibandingkan ibu dengan jarak kehamilan ideal.
Risiko ini naik jadi 40 persen apabila jarak kehamilan kurang dari enam bulan.
5. Bayi berisiko lahir dengan berat badan rendah
Baca Juga: Viral di TikTok, Bayi 13 Bulan Menangis Usai Dikerok Koin, Dokter Ungkap Bahayanya
Studi menunjukkan, ibu yang hamil lagi kurang dari 1,5 tahun sejak persalinan sebelumnya memiliki risiko 61 persen lebih tinggi melahirkan bayi dengan berat badan rendah, dibandingkan ibu yang hamil lagi selang minimal 1,5 tahun dari persalinan sebelumnya.
6. Bayi berisiko mengalami kelainan bawaan
Dikutip dari Mayo Clinic, ibu yang hamil dengan jarak kurang dari setahun dari persalinan sebelumnya juga lebih berisiko melahirkan bayi dengan autisme, kelainan bawaan seperti kebutaan, gangguan paru-paru, sampai tumbuh kembang terlambat.
Jarak kehamilan yang baik
Mengingat ada beberapa risiko jarak kehamilan terlalu dekat, para orangtua sebaiknya mempertimbangkan keluarga berencana.
Ada beberapa versi jarak kehamilan yang ideal, namun secara umum ibu tanpa masalah kesehatan boleh hamil lagi antara 1,5 tahun sampai lima tahun dari waktu melahirkan sebelumnya.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, jarak kehamilan yang baik idealnya antara 18 bulan sampai 24 bulan dari persalinan sebelumnya.
Di Indonesia, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional menyarankan jarak kehamilan yang baik idealnya tiga tahun dari persalinan sebelumnya.
Namun, lamanya jarak ideal tersebut tidak berlaku untuk ibu yang berencana hamil lagi setelah usianya 35 tahun.
Khusus ibu berusia 35 tahun ke atas, jaraknya dipersingkat minimal setahun dari kelahiran sebelumnya.
Sementara bagi ibu yang pernah mengalami keguguran, jarak kehamilan yang ideal tergantung kesiapan fisik dan mental sebelum berencana program hamil lagi.
Baca Juga: Cara Nikita Willy Lindungi Issa dari Polusi Jakarta, Kenali Salt Therapy dan Manfaatnya
Bila perlu atau ada kondisi tertentu, ibu jangan sungkan mengonsultasikan ke dokter kandungan yang biasanya menangani.
Cara menjaga jarak kehamilan bisa dengan program KB; baik dengan kondom, pil, KB suntik, implan, atau alat kontrasepsi dalam rahim. (*)