Lika Liku Hidup Bapak Rumah Tangga, Marak Stereotip, Minim Apresiasi

By Tiur Kartikawati Renata Sari, Selasa, 24 Oktober 2023 | 19:03 WIB
Tidak masalah! Bapak juga bisa melakukan kerja perawatan di rumah. (dok. iStock)

Meski melakukan tugas keperawatan, Taufik tetap mencari nafkah dari rumah. Menurutnya ini sudah menjadi kewajibannya yang tak bisa ditawar.

Baca Juga: Hati-Hati Bisa Infeksi, Jangan Lagi Pakai Cotton Bud untuk Hilangkan Kotoran Telinga Anak, Cukup ke Dapur Ambil Air Hangat

"Saya buka warung di rumah, jualan ayam goreng, ayam bakar, buka sore hari. Tapi di luar dagang, ya saya bapak rumah tangga. Pagi sampai siang saya urus rumah juga. Ya nyapu, ya ngepel, ya anterin anak sekolah,” ujarnya.

Taufik sendiri mengaku mendapat waktu berkualitas bersama sang anak berkat kesepakatan tersebut.

“Kebetulan istri PNS, tapi saya enggak gengsi. Mungkin sudah jalannya. Rezekinya sudah diatur Yang di Atas. Happy-happy aja lah, malah anak lebih dekat sama saya haha," tutur Taufik sembari tertawa.

Umi Salamah, sang istri, juga mengaku sangat bersyukur dengan andil dari suami yang memilih untuk membantunya melakukan tugas keperawatan.

"Saya bersyukur, Mas Taufik pengertian dan tidak mudah tersinggung meski kerjanya tidak ke kantor dan berseragam. Malah di rumah bakar ayam di atas arang," ujarnya.

Umi juga mengungkapkan bahwa kesepakatan ini tak akan langgeng hingga 15 tahun jika keduanya tidak saling menghormati.

"Ya, istri sudah seharusnya menghormati suami. Apalagi beliau sudah bantu urus pekerjaan rumah, ya nyapu, ngepel, ngurusin anak.

“Kepala keluarganya tetap Mas Taufik, walaupun kelihatannya saya yang gajian.

“Mas Taufik tidak lantas ongkang-ongkang. Ya, ikut bantu ngoreh duit (cari nafkah)," sambung Umi yang berasal dari Cilongok, Jawa Tengah ini.

“Saya paham tidak semua laki-laki bisa legowo seperti Mas Taufik. Makanya itu yang harus kita kasih, ya support, ya dipuji sekali-kalilah haha,” imbuhnya.

Early Dewi Nuriana, Staf Proyek untuk Ekonomi Perawatan, Organisasi Perburuhan Internasional menekankan bahwa tugas domestik dan perawatan di rumah tangga adalah tugas bersama yang sama yang dapat dibagi antara perempuan dan laki-laki, dan tak hanya melekat pada jenis kelamin tertentu saja, dalam hal ini perempuan.

Pelabelan tugas domestik dan perawatan pada perempuan saja, yang telah terkonstruksi pada budaya kita ini, dapat dikikis secara bertahap dengan praktik baik dari pasangan suami istri ini yang memiliki rasa saling menghargai satu sama lain, kualitas komunikasi yang setara, serta kesediaan untuk berbagi tugas perawatan di rumah tangga.

Praktik baik ini diharapkan dapat menginspirasi lebih banyak laki-laki untuk dapat berperan lebih aktif dalam berbagi tugas perawatan secara seimbang di rumah tangga dan mengurangi beban dominan tugas domestik yang selama ini berada di pundak perempuan.

Meski, bapak yang mengurus rumah tangga memang memiliki tantangan tersendiri.

Tantangan ini berupa adanya stereotip dan stigma negatif bahwa figur bapak haruslah mencari nafkah utama dan mengerjakan urusan kasar, seakan kontras dengan kehidupan Taufik.

Padahal, siapapun yang melakukan tugas domestik dan keperawatan tak berbayar sudah sepatutnya mendapat apresiasi karena tugas tersebut bernilai, produktif dan sama-sama berkontribusi pada kesejahteraan dan produktivitas pada semua anggota keluarga.

Apresiasi atau penghargaan juga merupakan manifestasi dari salah satu nilai perawatan 5R yang tengah gencar digalakkan oleh ILO yakni Rewards.

Bapak rumah tangga tidak perlu ragu berinisiatif melakukan tugas perawatan karena tugas ini tidaklah mudah, bernilai, produktif, dan penting untuk dihargai, serta dihormati anggota keluarganya, saat fokus memilih untuk melakukan tugas keperawatan di rumah.

Oleh karena itu, dalam upaya untuk saling berbagi peran dan merawat bersama, kita juga harus mendukung inisiatif bapak untuk makin terlibat pada tugas perawatan dan menghargai inisiatif ini sebagai wujud tanggung jawab keluarga. (*)