NOVA.ID - Kasus pneumonia misterius anak di China saat ini tengah menjadi perhatian di seluruh dunia.
Pneumonia misterius pada anak di China ini berawal pada tanggal 13 November silam.
Saat itu, Komisi Kesehatan Nasional China mengumumkan peningkatan penyakit pernapasan.
Menghadapi kondisi tersebut, Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) mengambil langkah cepat dengan menerbitkan surat edaran kewaspadaan terkait wabah pneumonia misterius yang terjadi di China.
Surat edaran ini ditujukan kepada kepala dinas kesehatan provinsi, kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, direktur/kepala rumah sakit, kepala kantor kesehatan pelabuhan dan kepala puskesmas di Indonesia.
Surat edaran ini bertujuan untuk mengantisipasi penyebaran pneumonia di Indonesia.
Melansir Kompas.com, Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (RSA UGM), dr. Astari Pranindya Sari mengimbau masyarakat untuk tidak panik.
Namun masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan akan potensi penularan penyakit ini.
Hingga saat ini belum ada kesimpulan secara pasti penyebab dari radang paru-paru atau pneumonia yang menjangkit anak-anak di China.
Disinyalir penyebab peningkatan kasus ini kemungkinan dari virus influenza, Rhino Syncytial Virus (RSV), Mycoplasama pneumoniae, atau hal baru lain yang belum diketahui.
"Penyebabnya belum bisa disimpulkan dan masih dilakukan penelusuran," kata Astari Pranindya Sari seperti dikutip dari laman UGM, Senin (04/12).
Astari menambahkan, untuk mencegah penularan penyakit ini, ada sejumlah cara yang bisa dilakukan masyarakat.
Terapkan PHBS cegah pneumonia anak
Salah satunya adalah menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) terutama melakukan cuci tangan menggunakan sabun.
Selain itu juga, memakai masker dengan baik dan benar dan menjaga jarak dengan orang bergejala.
"Lebih ke-kewaspadaan kontak karena penularan penyakit ini melalui udara dari droplet saat batuk atau bersin maupun kontak dengan benda yang terkontaminasi," ungkap dia.
Astari menuturkan, gejala yang umumnya muncul pada penderita pneumonia adalah batuk berdahak, demam, menggigil, serta mengalami sesak nafas.
Apabila timbul gejala dengan kondisi yang tidak membaik dengan pemberian obat penurun demam, istirahat dan perabaikan nutrisi seyogianya segera untuk mengunjungi fasilitas layanan kesehatan terdekat. (*)