Wujudkan Semangat Kartini, Rupiah Cepat Dukung Peran Perempuan dalam Transformasi Fintech P2P Lending

By Maria Ermilinda Hayon, Rabu, 1 Mei 2024 | 14:05 WIB
Rupiah Cepat Dukung Peran Perempuan dalam Transformasi Fintech P2P Lending. (ki-ka: Yasmine Meylia Sembiring, Direktur Eksekutif AFPI; Yolanda Sunaryo, Chief Business, Legal, and Compliance Officer Rupiah Cepat; Chrisma Albandjar, Wakil Bendahara AFTECH.) (Rupiah Cepat)

Ini bukan hanya tentang kesetaraan, tetapi juga tentang menciptakan kesempatan yang merata bagi perempuan untuk membangun kemandirian yang lebih kuat dan lebih inklusif untuk masa depan yang lebih baik bagi semua," ujar Yolanda Sunaryo.

Hal itu didukung juga dengan data dari survei AFTECH menunjukkan bahwa 39,23 persen transaksi fintech disumbang oleh kalangan perempuan, dan sebanyak 53,3 persen penyelenggara fintech menganggap urgensi pasar perempuan cukup penting.

Oleh karena itu, keterlibatan perempuan dalam posisi kepemimpinan dan pengambilan keputusan sangatlah vital untuk pertumbuhan dan perkembangan sektor ini.

Senada dengan itu, Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) juga terus mendorong inklusi perempuan di industri fintech P2P lending.

Karena perempuan merupakan setengah dari populasi Indonesia dan memiliki potensi ekonomi yang besar, Inklusi perempuan dalam industri fintech P2P lending dapat membantu meningkatkan akses mereka terhadap pendanaan dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Lebih dari 10 Triliun dana dari sebagian besar pemberi pinjaman perkotaan telah tersalurkan kepada 1,5 juta perempuan pengusaha ultra-mikro di lebih 55ribu desa baik di Jawa dan luar Jawa.

Dalam kesempatan yang sama, Yasmine Meylia Sembiring, Direktur Eksekutif AFPI, mengatakan adapun upaya untuk Inklusi peran perempuan pada industri fintech P2P lending, antara lain meningkatkan visibilitas pemimpin perempuan di industri fintech melalui partisipasi dalam acara-acara publik, maupun program pelatihan untuk pengusaha perempuan.

Selain itu untuk mempertahankan banyaknya talenta perempuan di tempat kerja, adalah dengan menyesuaikan beberapa kebijakan oleh perusahaan bagi pekerja perempuan, dan terakhir keterwakilan para pemimpin perempuan perlu menjadi budaya profesional baru yang sangat mungkin dicapai dan bermanfaat bagi pertumbuhan sektor fintech. (*)