Tabloidnova.com - Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam laporan WHO Global Report 2013 menyatakan, Indonesia berada pada peringkat 8 dari 27 negara dengan beban Tuberkulosis Resisten Multi Obat atau Multi Drug Resistant Tuberculosis (MDR-TB atau TB MDR) terbanyak di dunia.
Diperkirakan ada sebanyak 6.800 pasien penderita TB MDR atau 2 persen dari kasus baru dan 12 persen dari kasus pengobatan ulang.
Selain itu, WHO juga memperkirakan ada sebanyak 5.700 kasus TB MDR berasal dari TB Paru baru dan 1.000 kasus dari TB Paru pengobatan ulang.
TB Resisten Obat merupakan TB yang disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis yang telah mengalami kekebalan terhadap Obat Anti TB (OAT). Sedangkan TB MDR merupakan TB yang resisten terhadap minimal dua OAT paling ampuh saat ini, serta OAT lini pertama lainnya.
"Pengobatan tidak standar di rumah sakit, balai pengobatan, klinik swasta, praktisi swasta, dan fasilitas kesehatan terhadap pasien yang diduga TB MDR dapat semakin memperburuk resistensi terhadap kuman TB," papar Prof dr Tjandra Yoga Aditama, SpP (K), MARS, DTM&H, DTCE, Kepala Badan Penelitian dan Pengembagan Kesehatan Kemenkes RI dan Guru Besar Fakultas Pulmonologi FKUI.
Seseorang yang sudah terinfeksi kuman tuberkulosis yang kebal obat, TB MDR atau TB XDR (Extensively Drug Resistant Tuberculosis atau TB yang kebal terhadap setidaknya satu OAT lini kedua), dapat berkembang menjadi sakit TB dan akan mengalami sakit TB MDR, karena kuman TB MDR sudah ada di dalam tubuh pasien.
Cara mencegahnya kuman tuberkulosis yang kebal obat, papar Tjandra, dapat dilakukan beberapa langkah berikut:
1. Mendiagnosis secara dini setiap terduga TB MDR, untuk kemudian dilanjutkan dengan pengobatan OAT lini kedua sesuai standar serta dipantau kepatuhan dan ketuntasannya.
2. Penderita harus dilaporkan ke dalam sistem surveilans.
3. Dilakukan pencegahan dan pengendalian infeksi yang tepat oleh fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien TB Resisten Obat, TB MDR dan TB XDR, temasuk menjaga lingkungan tempat tinggal pasien.
4. Hindari pengobatan TB yang tidak standar, baik dalam hal panduan, lama pengobatan, dosis (takaran), dan cara pemberian pengobatan (tatalaksana), dapat menjadi faktor pencetus meningkatnya jumlah kasus TB Resisten Obat dan TB MDR/TB XDR.
5. Hindari penggunaan OAT lini kedua secara sembarangan.
Diagnosis tuberkulosis Resisten Obat, TB MDR, dan TB XDR, kata Tjandra, dapat dilakukan dengan penggunakan metode CPR (Xpert MTB/RIF), yaitu pemeriksaan cepat dengan menguji kepekaan kuman terhadap obat TB (Drugs Sensitivity Test/DCT).
Namun Tjandra mengingatkan, pengobatan TB Resisten Obat, TB MDR dan TB XDR lebih sulit dibandingkan dengan pengobatan kuman TB yang masih sensitif. "Angka keberhasilan pengobatan tergantung pada seberapa cepat kasus TB Resisten Obat diidentifikasi, serta ketersediaan pengobatan yang efektif."
Selain itu, penanganan TB Resisten Obat dan TB MDR dapat disembuhkan dengan membutuhkan waktu sekitar 18-24 bulan, dengan memiliki efek samping yang jauh lebih berat. "Pengobatan TB XDR lebih sulit lagi, karena kuman tuberkulosis yang kebal obat alias OAT lini pertama ini."
Di sejumlah negara, lanjut Tjandra, pasien TB XDR melaporkan keberhasilan pengobatan mereka sebesar 50-60 persen. Akan tetapi, kata Tjandra, hal ini tergantung dari seberapa berat penyakitnya, status imunitas pasiennya, serta seberapa banyak OAT pertama dan kedua yang sudah tidak dapat lagi digunakan, karena kuman tuberkulosis yang telah kebal.
Intan Y. Septiani