TabloidNova.com - Bulan puasa semestinya merupakan momen yang menyenangkan bagi seluruh anggota keluarga, apalagi ketika puasa begitu banyak aktivitas maupun ibadah yang bisa dijalani bersama. Misalnya, menyantap menu berbuka atau sahur, serta ibadah salat tarawih di masjid.
Namun, tidak dengan anak yang orangtuanya bercerai atau sudah berpisah, mereka mungkin akan kehilangan masa-masa melewatkan bulan puasa tanpa konsep keluarga yang utuh.
Baca: Perceraian Sebabkan Perkembangan Sosial Anak Terganggu
Secara lahiriah, barangkali hal ini terdengar biasa saja, tapi tidak bagi anak korban perpisahan orangtua. Pasalnya kondisi psikologis anak mungkin saja tergoncang ketika melihat contoh keluarga lain teman atau lingkungan sekelilingnya.
Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan para orangtua yang bercerai pada anaknya untuk menciptakan suasana harmonis di bulan puasa?
Ayoe Sutomo memaparkan pendapatnya pada tabloidnova.com seputar penanganan dampak perpisahan orangtua pada anak dari sisi psikologis. Menurut Ayoe, prinsipnya hampir sama, orangtua harus dapat menerima dengan baik kondisi perpisahan. Sehingga ketika momen puasa datang, anak sudah punya rasa pengertian yang lebih besar.
Baca: Jangan Lakukan Ini Kepada Anak Setelah Perceraian
"Membangun suasana harmonis bisa diawali dengan menjelaskan pada anak bahwa meskipun tidak tinggal dalam satu rumah, perceraian tidak akan mengurangi rasa sayang kedua orangtua pada anak. Selama menjalani puasa, anak dapat memilih mau sahur atau berbuka bersama ayah atau ibunya. Ini bisa dilakukan secara bergantian," saran Ayoe.
Sesekali berbuka puasa bersama di mall atau restoran yang disukai anak pun merupakan opsi lain menciptakan suasana harmonis di bulan puasa. Cobalah mengatur waktu untuk duduk bersama dalam suasana damai dan harmonis tanpa terlihat jika kalian sudah bukan suami istri lagi.
"Suasana kondusif hanya akan terwujud jika orangtua sama-sama berdamai dan tidak menyimpan dendam, hal ini sangat berkaitan dengan ego masing-masing orangtua," tambah Ayoe.
Baca: Dekat dengan Ayah Bikin Kesehatan Mental Anak Lebih Terjaga!
Bila memungkinkan, orangtua juga mengajak sejumlah anggota keluarga lainnya yang terdekat untuk menghilangkan suasana kaku dan tegang yang tercipta akibat perceraian. Meskipun berpisah akan menciptakan jarak, tapi keadaan tersebut bisa diminimalkan dengan mengobrol dan berinteraksi seperti biasanya.
"Jangan membahas apapun soal perpisahan, tetap fokus pada sisi psikologis anak agar bisa menikmati momen bersama. Apabila sudah lebih tenang, beribadah bersama dengan anak di masjid atau di rumah secara berjamaah akan sangat baik untuk kejiwaan anak," ujar Ayoe.
Ramadan tentunya adalah waktu yang tepat untuk saling memaafkan dan berbuat kebaikan, apalagi menyangkut anak kita. Jadi, tak ada salahnya menekan ego dan menerapkan cara ini demi si buah hati tercinta.
Ridho NugrohoFOTO: deesheathtalk