Seberapa Penting Eksistensi Bagi Seseorang?

By nova.id, Selasa, 13 Januari 2015 | 10:36 WIB
Seberapa Penting Eksistensi Bagi Seseorang (nova.id)

TabloidNova.com - "Eksis banget, sih, kamu", atau "Biar eksis, foto dulu, ah!".

Dua kalimat tadi pasti sering Anda dengar dalam keseharian, entah di kantor, di jalan umum, dan sebagainya. Bahkan, kata eksistensi atau eksis sengaja dipilih sejumlah produk komersial atau layanan jasa sebagai bagian dari kalimat promosi iklan.

Eksistensi bagi lingkup masalah perkotaan cenderung diarahkan pada sikap gengsi untuk terlihat menonjol dan diakui keberadaanya dalam suatu karakter individu. Anehnya, eksistensi menjadi momok pergaulan masyarakat perkotaan yang seakan-akan wajib dimiliki seseorang agar terlihat lebih keren.

Jadi, seberapa penting eksistensi bagi seseorang? Psikolog, Ayoe Sutomo, mengungkapkan bahwa eksistensi erat kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Menurut teori hierarchy of needs yang dikemukakan oleh Abraham Maslow, tingkatan kebutuhan dasar manusia terbagi atas lima poin. Mulai dari kebutuhan fisik, keamanan, love belonging, esteem, dan self actualization.

"Konsepnya, ketika kebutuhan dasar paling fisik sudah terpenuhi, maka akan muncul kebutuhan kedua, yakni keamanan. Lalu begitu seterusnya. Nah, pada masyarakat kota, kebanyakan tingkat kebutuhan satu sampai dengan tiga sudah terpenuhi, sehingga selanjutnya adalah kepercayaan diri," jelas Ayoe.

Lebih lanjut, Ayoe mengatakan bahwa kebutuhan kepercayaan diri atau esteem needs erat hubungannya dengan reputasi serta personal branding. Makanya, eksistensi dan pembentukan citra diri menjadi bagian terpenting saat esteem needs perlu dipenuhi untuk melengkapi kebutuhan pada tingkat satu hingga tiga.

Namun, bagi sebagian orang, upaya agar terlihat eksis bisa jadi ditempuh melalui berbagai cara keliru yang merugikan diri sendiri. Misalnya, mencari sensasi untuk menuai kontroversi, melakukan hal di luar aturan dan norma, sampai dengan penyelewengan makna eksistensi positif yang sebenarnya.

Biasanya, kelompok usia remajalah yang disinyalir mengalami fase pemenuhan kebutuhan kepercayaan diri serta pengakuan eksistensi oleh orang sekelilingnya. Ayoe yang kerap diminta berkonsultasi soal pengembangan diri, menyatakan bahwa kadar eksistensi seseorang berbeda-beda. Faktornya dipengaruhi kebutuhan untuk pembuktian diri yang berbeda-beda pula.

Ridho Nugroho