TabloidNova.com - Mengetahui bahwa anak Anda tak sempurna pasti berat. Namun jangan berkecil hati. Sebagai Ibu, Anda rasanya perlu tahu bagaimana penderita buta warna dewasa menghadapi dunia, sehingga Anda pun bisa mengerti apa yang kelak dilalui putra atau putri Anda.
"Kadang-kadang, orang berpikir saya tidak bisa melihat apapun yang berwarna," kata Ivan Oransky, seorang penulis pengidap buat warna yang bermukim di New York. "Saya melihatnya, tapi tidak seperti yang Anda atau orang biasa lihat."
Sebetulnya, penderita buta warna bukanlah minoritas. Ada banyak variasi penyakit buta warna yang diderita orang. Setidaknya 1 dari 12 pria adalah buta warna. Skalanya membesar pada wanita, yakni 1 dari 230 wanita menderita kekurangan pengelihatan warna. Biasanya wanita yang secara genetik menderita kekurangan ini sulit membedakan warna merah dan warna hijau.
Jay Neitz, seorang profesor ophthalmology di University of Washington yang mempelajari penglihatan warna memaparkan beberapa hal agar Anda bisa lebih berempati pada penderita buta warna.
Mereka benci permainan "Warna apa ini?"
Warna merah dan hijau adalah dua warna yang paling sulit dibedakan oleh penderita buta warna. Maka, tahan diri untuk menanyakan "Warna apa ini?" kepada Si Kecil setiap kali Anda menemukan benda berwarna hijau atau merah.
Tantangan bagi para penderita buta warna bukanlah pada melihat sebuah objek dan menyebutkan namanya, namun cara membedakan warna satu dengan warna yang lain. Maka, latih anak Anda menggunakan balok warna merah/hijau/kuning dan minta dia untuk menyusun sesuai warna lampu lalu lintas, misalnya.
Bantu Si Kecil menemukan jawaban cerdas soal warna
Orang buta warna bukanlah orang bodoh. Jika Anda bertanya, apa warna apel yagn sudah masak, mereka tahu jawaban yang benar adalah "merah", meski bagi mereka apel masak terlihat abu-abu. Mereka juga tahu bahwa pada lampu lalu lintas, warna merah berada di atas dan hijau ada di bawah.
Anda bisa mengambil contoh dari pengalaman Oransky. Ayahnya yang juga buta warna adalah seorang dokter anak. Saat masih kuliah kedokteran, ia mendapat nilai cemerlang pada ujian patologi karena ia menghafalkan morfologi sel dan struktur khususnya, sementara teman-temannya mengandalkan hafalan dengan warna. Saat ujian, gurunya mengubah kode warna. Semua siswa kelabakan, hanya ayah Oransky yang tidak.
Suntikkan rasa percaya diri pada anak yang memiliki kekurangan dengan menonjolkan kelebihannya yang lain.