Beda Selera Dalam Bercinta

By nova.id, Jumat, 6 Mei 2011 | 17:06 WIB
Beda Selera Dalam Bercinta (nova.id)

Sebenarnya, kata Alex, semua perbedaan dapat diatasi, asal pasutri betul-betul melakukan hubungan intim sesuai prosesnya. Nah, proses hubungan intim yang baik ini, harus melalui beberapa tahapan. Diantaranya, bercumbu (romance), perabaan (sensuality), pemijatan (sexuality), dan yang terakhir ialah hubungan seksual yang sebenarnya (sex).

"Yang prinsip justru bagaimana menyamakan persepsi bahwa hubungan intim sebenarnya bukan hanya soal masuknya penis ke vagina," tegas Alex. Sebagian besar pasutri, katanya, menyenangi suasana remang-remang dengan bau-bauan yang harum dan suasana sepi yang diiringi musik romantis, saat berhubungan intim. "Bila ada yang lain daripada ini, maka itu hanya merupakan kasus yang relatif jarang dijumpai," tukasnya.

Dari pengalaman prakteknya, Alex menemukan, perbedaan kehidupan seksual pada pasutri lebih banyak disebabkan para suami ingin segera melakukan hubungan intim yang sebenarnya. Yakni, ingin segera memasukkan penis ke vagina, sedangkan wanita lebih menyukai melakukan hubungan intim dari proses awal, yaitu bercumbu. "Ini memang bisa dimaklumi. Sebab, perubahan fisiologis pada wanita dari fase tak terangsang menjadi fase terangsang, perlu waktu lebih lama dibanding pria," terangnya. Hanya saja, perbedaan ini akan mengakibatkan ketidakseimbangan kenikmatan yang dialami pasutri, dimana umumnya wanitalah yang menderita.

Selain itu, masih ada kemungkinan terjadi perubahan perilaku seksual pada pasutri. "Biasanya ini merupakan suatu variasi, misalnya karena jenuh dengan posisi yang itu-itu saja," tutur Alex. Tapi, toh, hal ini tetap tak mengubah proses yang baku tadi. "Perubahan variasi, wajar-wajar saja. Sebab, proses ini akan diperkaya dengan proses belajar, baik dari pengetahuan maupun dari pengalaman melakukan hubungan intim secara rutin pada pasangan," papar guru besar tetap di bidang fisiologi kedokteran Universitas Udayana sejak 1994 ini.

Sementara perbedaan yang tak prinsip dapat diatasi dengan melakukan latihan penyesuaian atau kondisioning. Penanganannya dengan cara konsultasi dan pemeriksaan pranikah, serta pemberian informasi tentang perilaku seksual agar punya pemahaman yang sama. Pasutri juga perlu mengikuti program pelatihan sebagai suami dan sebagai istri, khususnya untuk meningkatkan potensi seksual.

SALING TOLERANSI

Menurut doktor psikologi Sukiat, baik istri maupun suami harus mengemukakan alasan yang tepat bila timbul perbedaan selera ini. "Tapi masing-masing juga harus mau memahami alasan yang dikemukakan pihak lain. Jadi, diskusikanlah," katanya. Misalnya, istri lebih suka berhubungan pada malam hari, sementara di saat yang sama suami baru saja pulang dari kantor. "Nah, bagaimana mau berhubungan intim jika badan sudah loyo?" ujarnya.

Apalagi, lanjut Sukiat, hubungan seksual bukanlah hubungan badaniah semata, tapi juga mempunyai fungsi. Yakni, untuk mencurahkan kasih sayang pada pasangan, relaksasi, dan rekreasi. Nah, dalam fungsi rekreasi, terang psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan UI ini, "Harus ada usaha bersama dari pasangan untuk mencapai kesenangan bersama. Jika salah satu tak ada usaha, namanya bukan hubungan suami-istri, melainkan nafsu semata!"

Selain itu, tambah Sukiat, pasutri perlu memahami arti kepuasan, yang berbeda antara pria dan wanita. "Suami baru merasa puas jika ia berejakulasi," ujarnya. Selain ada faktor lain yang bisa menambah kepuasan suami, misalnya jika istri juga merasakan rangsangan.

Sementara bagi wanita, kepuasan yang nomor satu adalah jika ia bisa memuaskan suami. "Orgasme bagi wanita itu nomor dua!" tukas Sukiat. Bahkan, lanjutnya, wanita rela melakukan berbagai cara agar suaminya puas. "Kebahagiaan yang tertinggi bagi wanita ialah jika ia dipeluk dan dicium," lanjut dosen Fakultas Psikologi UI ini.

Karena itu, anjur Sukiat, segeralah dikomunikasikan bila timbul perbedaan selera ini. Pasutri juga sebaiknya saling bertoleransi. "Apa salahnya jika istri ingin berhubungan intim dalam keadaan gelap, kamarnya digelapin," ujarnya.

Harus diingat, kata Sukiat, pasutri akan bahagia jika mereka bisa menyenangkan pasangannya. Nah, dengan memenuhi keinginan pasangan berhubungan dalam gelap, misalnya, sesungguhnya itu suatu kebahagiaan dan kenikmatan tersendiri bagi pasangan. Apalagi, sambung Sukiat, "Jika itu dilakukan dengan tulus. Sehingga akhirnya, suami atau istri akan selalu siap tempur di mana saja, kapan saja, dalam cuaca gelap maupun terang."

Hasto Prianggoro