Sungguh biadab perbuatan Puryanto, 27, warga Dusun Robahan, Kelurahan/Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun. Jengkel karena keinginannya bersebadan ditolak istri, Puryanto tega mencelakai anaknya dengan cara kakinya dilindaskan kereta api (KA) yang sedang melintas, Minggu (5/7) subuh.
Kini Endy Tegar Kurniadinata yang masih berusia 3,5 tahun itu hanya bisa tergolek dan menangis di ruang UGD RSUP dr Soedono Madiun. Anak pertama pasangan suami istri Puryanto dan Devi Kristiani, 25, yang biasa dipanggil Tegar itu hanya bisa memandangi kaki kanannya yang putus setelah ditabrakkan KA oleh ayahnya sendiri.
Lebih tragis lagi, beberapa saat setelah kakinya dilindas KA, Tegar dengan luka parah terpaksa harus berjalan merangkak pulang ke rumahnya untuk meminta tolong kepada kakek dan neneknya. Tak ada warga yang menolong, karena saat itu masih pagi buta, sekitar pukul 03.00 WIB. Sedangkan Puryanto kabur entah kemana, setelah melindaskan kaki anaknya tersebut.
Kasat Reskrim Polres Madiun AKP Muhammad Zaini mengatakan pihaknya sudah menerjunkan anggotanya untuk memburu Puryanto. "Anggota sudah kami sebar. Ada yang mencari pelaku ke rumah keluarganya yang ada di Ponorogo. Selain itu, ada petugas yang mengejarnya ke Surabaya, Solo, dan Jogjakarta," kata Zaini, Minggu (5/7). Saat olah TKP, polisi memintai keterangan sejumlah saksi dan pihak keluarga korban. Sementara potongan kaki Tegar langsung dibawa ke RSUP dr Soedono.
Polisi juga mengamankan barang bukti berupa secarik kertas berisi tulisan tangan Puryanto yang menuliskan alasan dia berbuat sesadis itu. Dalam selembar kertas yang ditinggalkan di rumahnya itu Puryanto mengaku jengkel pada istrinya, Devi Kristiani, karena menolak saat diajak berhubungan intim.
Menurut Puryanto, istrinya sering menolak ajakannya untuk bersebadan dengan berbagai alasan. Dalam surat itu juga disebutkan bahwa Puryanto mengaku selalu mencoba bersabar agar tidak sampai terjadi kekerasan dalam rumah tangganya.
Sedangkan menurut keterangan Devi Kristiani, dirinya tak bermaksud menolak keinginan suami. Namun setiap pukul 02.00 WIB ia harus berangkat ke Pasar Mejayan untuk membantu bibinya, Ny Saimah, 53, berjualan jenang. Menurut Devi, hal itu dilakukan untuk mendapatkan uang tambahan demi memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Sebab, dengan penghasilan suami yang hanya bekerja sebagai penjual pentol celup keliling, keluarganya selalu kekurangan. "Apalagi, Tegar sebentar lagi harus sekolah TK. Tapi sekarang malah mendapat musibah seperti ini," kata Devi ketika menunggui putranya di ruang UGD RSUP dr Soedono Madiun.