Jengkel, Balita Dilindaskan ke KA

By nova.id, Senin, 6 Juli 2009 | 19:35 WIB
Jengkel Balita Dilindaskan ke KA (nova.id)

Sungguh biadab perbuatan Puryanto, 27, warga Dusun Robahan, Kelurahan/Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun. Jengkel karena keinginannya bersebadan ditolak istri, Puryanto tega mencelakai anaknya dengan cara kakinya dilindaskan kereta api (KA) yang sedang melintas, Minggu (5/7) subuh.

Kini Endy Tegar Kurniadinata yang masih berusia 3,5 tahun itu hanya bisa tergolek dan menangis di ruang UGD RSUP dr Soedono Madiun. Anak pertama pasangan suami istri Puryanto dan Devi Kristiani, 25, yang biasa dipanggil Tegar itu hanya bisa memandangi kaki kanannya yang putus setelah ditabrakkan KA oleh ayahnya sendiri.

Lebih tragis lagi, beberapa saat setelah kakinya dilindas KA, Tegar dengan luka parah terpaksa harus berjalan merangkak pulang ke rumahnya untuk meminta tolong kepada kakek dan neneknya. Tak ada warga yang menolong, karena saat itu masih pagi buta, sekitar pukul 03.00 WIB. Sedangkan Puryanto kabur entah kemana, setelah melindaskan kaki anaknya tersebut.

Kasat Reskrim Polres Madiun AKP Muhammad Zaini mengatakan pihaknya sudah menerjunkan anggotanya untuk memburu Puryanto. "Anggota sudah kami sebar. Ada yang mencari pelaku ke rumah keluarganya yang ada di Ponorogo. Selain itu, ada petugas yang mengejarnya ke Surabaya, Solo, dan Jogjakarta," kata Zaini, Minggu (5/7). Saat olah TKP, polisi memintai keterangan sejumlah saksi dan pihak keluarga korban. Sementara potongan kaki Tegar langsung dibawa ke RSUP dr Soedono.

Polisi juga mengamankan barang bukti berupa secarik kertas berisi tulisan tangan Puryanto yang menuliskan alasan dia berbuat sesadis itu. Dalam selembar kertas yang ditinggalkan di rumahnya itu Puryanto mengaku jengkel pada istrinya, Devi Kristiani, karena menolak saat diajak berhubungan intim.

Menurut Puryanto, istrinya sering menolak ajakannya untuk bersebadan dengan berbagai alasan. Dalam surat itu juga disebutkan bahwa Puryanto mengaku selalu mencoba bersabar agar tidak sampai terjadi kekerasan dalam rumah tangganya.

Sedangkan menurut keterangan Devi Kristiani, dirinya tak bermaksud menolak keinginan suami. Namun setiap pukul 02.00 WIB ia harus berangkat ke Pasar Mejayan untuk membantu bibinya, Ny Saimah, 53, berjualan jenang. Menurut Devi, hal itu dilakukan untuk mendapatkan uang tambahan demi memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Sebab, dengan penghasilan suami yang hanya bekerja sebagai penjual pentol celup keliling, keluarganya selalu kekurangan. "Apalagi, Tegar sebentar lagi harus sekolah TK. Tapi sekarang malah mendapat musibah seperti ini," kata Devi ketika menunggui putranya di ruang UGD RSUP dr Soedono Madiun.

Digendong Saat Tidur

Devi Kristiani menuturkan, saat kejadian itu dirinya sudah berangkat ke Pasar Mejayan. Sedangkan dua anaknya, yakni Tegar dan Febi Fajar, 2, masih tidur di ruang depan bersama ayahnya. Sedangkan keluarga lainnya yang berada di rumah itu adalah kakek dan nenek Tegar, yakni Sukardi, 59, dan Saikem, 56.

Menurut penuturan Tegar saat ditemui Surya sebelum menjalani operasi di RSUP dr Soedono, saat tidur itu ia mendadak terbangun ketika tubuhnya diangkat ayahnya. Ia kemudian dibawa ke rel KA melalui pematang sawah yang berjarak sekitar 50 meter dari rumah. "Saya sudah tidak mau saat digendong, tetapi kata Bapak, saya harus ikut ke sawah," kata Tegar dengan kalimat terputus-putus sembari menahan sakit.

Setelah itu, kata Tegar, tubuhnya dibaringkan paksa di atas rel KA. Beberapa saat kemudian muncul KA Bangunkarta jurusan Jakarta-Jombang yang melintas dari barat (Jakarta) menuju timur (Jombang). Kereta ini rutin melintas sekitar pukul 03.00 WIB.

Tidak ada saksi mata yang melihat bagaimana proses detilnya. Namun menurut Tegar, saat kereta itu lewat, tubuhya tetap dipegangi ayahnya, hingga kemudian kakinya terlindas KA sampai putus, tepatnya di titik beberapa sentimeter di atas mata kakinya.

Tegar mengatakan, setelah kakinya putus, ia masih tersadar, sementara ayahnya sudah tidak ada lagi di tempat itu. Terpaksa ia dengan menahan sakit berjalan merangkak sekitar 50 meter menuju rumahnya dengan melewati pematang sawah.

"Saya pulang dan berteriak-teriak memanggil kakek," kata Tegar sambil menangis. Pantauan Surya, dari rel menuju ke rumah Tegar itu hanya bisa melewati pematang sawah. Baik di utara maupun selatan rel KA, hanya ada persawahan. Begitu sampai di depan pintu rumah, kakek dan nenek Tegar, Sukardi dan Saikem terbangun karena mendengar teriakan cucunya tersebut.

Saikem menuturkan, sekitar pukul 03.00 WIB itu ia mendengar Tegar memanggil-manggil nama kakeknya meminta tolong. Begitu membuka pintu, alangkah terkejutnya ketika melihat Tegar menangis dengan kaki kanan sudah buntung. Sukardi dan Saikem pun langsung membawa Tegar ke RSUP dr Soedono Madiun.

"Andai saja dua cucu saya tadi malam mau tidur dengan kami, saya yakin kejadiannya tidak sampai seperti ini. Saya sendiri saat melihat cucu saya menjerit minta toong, saya juga langsung menjerit kaget kenapa kakinya bisa putus," papar Saikem.

Sedangkan Devi Kristiani mengaku marah pada ulah suaminya, apalagi meninggalkannya setelah melindaskan kaki anaknya hingga putus. "Saya tidak tahu dimana dia sekarang. Yang membuat saya marah, saya itu sedang bekerja jualan jenang di pasar, kok dia tega berbuat seperti itu pada anaknya," kata Devi sembari menangis.

Kasat Reskrim Polres Madiun AKP Muhammad Zaini mengatakan akan serius menangani kasus ini. Bahkan kalau perlu mengejar Puryanto hingga ke luar Jawa. "Untuk sementara pengejaran kami lakukan ke kota-kota persinggahan dan keluarga pelaku. Kalau belum juga mendapatkan hasil, kami akan mengejarnya ke luar Jawa, yakni ke Lampung, karena pelaku pernah ikut transmigrasi ke sana," tandasnya. st14/surya