Guna mengimbangi permintaan pasar, Mulyani memanfaatkan fasilitas Kupedes BRI sebesar Rp35 juta, yang dipergunakan untuk menambah pembelian bahan baku dan mesin pembuat uang kepeng.
Sekali produksi Mulyani dapat menghasilkan 10.000 keping uang dan dalam sebulan, produksi dapat dilakukan hingga empat kali.
Setelah membuat uang kepeng dan merangkainya menjadi produk, ia dan suaminya menawarkannya dengan cara berkeliling dari satu pasar ke pasar di sekitar Klungkung, Gianyar, bahkan sampai Denpasar dengan menggunakan motor.
(Baca juga : Duh, Ternyata Bekerja di Rumah Bikin Karier Terhambat, Lho!)
Usaha yang Berbuah Manis
Produk yang dibuat oleh Mulyani sangat mengutamakan mutu produksi, sehingga awalnya para pedagang menganggap harga produk Mulyani terlalu mahal untuk dijual.
Namun Mulyani tidak menyerah meyakinkan para pedagang, sampai akhirnya ia berhasil membujuk pedagang untuk mau menjual produknya.
Dan ternyata konsumen sangat puas terhadap kualitas produknya.
Menurutnya sampai saat ini masih jarang yang menjual uang kepeng dalam bentuk rangkaian dan beragam model.
Gagasan desain kreatifnya diperolehnya melalui lingkungan sekitar, majalah, imajinasi, dan lainnya.
Mulyani mengaku pesanan yang berdatangan terus meningkat, terutama dari toko di pasar-pasar yang ia pasok.
Permasalahan yang muncul kemudian adalah pendistribusian produknya.