Dr. Dario Turk, SPOG Dokter Kandungan Langganan Artis

By nova.id, Kamis, 15 Oktober 2009 | 17:21 WIB
Dr (nova.id)

Di banyak rumah sakit, bahkan jadi dokter tamu di beberapa tempat. Sekarang buka praktik di dua rumah sakit saja, selain di rumah. Lucunya, saya jadi dokter tamu di sebuah rumah sakit karena Ratna Listy minta saya membantu kelahiran anaknya di sana. Saudaranya yang jadi direksi di situ mempersilakan saya. Di rumah sakit tempat saya praktik sekarang kasusnya juga sama. Hanya saja, yang minta Yulia Rahman.

Artis siapa saja yang pernah jadi pasien Anda?

Cukup banyak. Selain dua orang itu, ada Arzetti, istrinya Uya Kuya, Ussy Sulistyawati, Vira Yuniar, Liza Natalia, Lyra Virna, Shanaz Haque, Rossa, Cut Keke, Nola, Widi AB Three, Sophia Latjuba dan Mona Ratuliu. Di luar artis, banyak juga istri atau anak pejabat. Masyarakat umum sendiri sudah tak terhitung banyaknya. Sekarang banyak juga pasien dari seluruh propinsi Indonesia, bahkan dari Papua.

Bagaimana Anda akhirnya bisa punya banyak pasien artis?

Awalnya Ratna Listy periksa kandungannya dengan USG 4 dimensi di mal tempat saya praktik. Rupanya dia puas, sejak itu jadi pasien saya dan minta saya menangani kelahiran anaknya. Setiap kali kontrol dia minta USG 4 dimensi. Saya sendiri mulai menggunakan USG 4 dimensi pada 2002. Alat yang saya gunakan itu, pertama di Asia Tenggara. Sampai sekarang banyak yang mengenal saya sebagai ahli USG 4 dimensi.

Anda sibuk sekali, dong?

Sekitar 3-5 tahun ini saya hanya tidur 2-3 jam per harinya. Waktu itu, saya bisa kerja dari pagi sampai pagi lagi. Bisa tidur 5 jam saja itu sudah seperti holiday. Saya pernah makan siang pukul 19.00. Itu pun hanya separuh, karena harus segera mengurus pasien lagi.

Bagaimana sikap Anda menghadapi kebawelan pasien?

Saya sih, sudah biasa. Saya tidak pernah sengaja telat, tapi pernah dimarahi suami pasien karena saya telat memeriksa istrinya satu jam lebih. Bahkan dia lapor ke direktur rumah sakit. Penyebabnya, ada pasien yang mendadak melahirkan, jadi harus saya tangani dulu. Saya menyarankan untuk pindah dokter, tapi akhirnya dia kembali lagi ke saya.

Ada juga yang minta saya memarahi suaminya, karena suaminya tidak peduli dengan kehamilan yang sekarang. Kalau soal pasien menelepon, kirim SMS atau BBM (Blackberry message), saya justru senang. Tidak ada alasan mereka sulit menghubungi saya, mau periksa tengah malam juga boleh. Makanya, pasien saya beri nomor ponsel dan PIN BB saya.

Saya selalu baca semua SMS yang masuk, dan membalasnya setelah selesai praktik, semalam apa pun. Mereka harus tahu apa yang dialaminya, sehingga mereka tahu betul kondisi janin dan dirinya. Saya bilang ke pasien, saya enggak mau mereka masuk ke ruang saya enggak tahu apa-apa, keluar tetap sama. Makanya sambil memeriksa saya ngomong terus. Capek memang.

Omong-omong, kapan ibu hamil perlu melakukan USG?