---
Kabar Mas Bambang ditangkap polisi pertama kali saya dengar dari Ilmi Sakinah, anak sulung kami. Ilmi mendapat kabar lewat Line dari Izzat Nabillah, anak kedua kami yang saat penangkapan sedang bersama ayahnya. Mereka saat itu dalam perjalanan pulang dari mengantar Muhammad Yattaqi, anak bungsu kami ke sekolah. Dalam pikiran saya waktu itu, Mas Bambang ditangkap polisi lalu lintas alias kena tilang.
Jadi, saya berusaha menenangkan Ilmi. "Tenang saja, Kak. Tadi Umi (panggilan Dewi di rumah) sudah siapin dompet Abi (panggilan BW di rumah), kok, jadi insya Allah ada SIM Abi di situ," ucap saya pada Ilmi. Ha ha ha...
Saya dan Ilmi berusaha menghubungi Izzat lagi, tapi ponselnya tidak aktif. Rupanya, saat itu Izzat dan Mas Bambang sedang dalam perjalanan menuju Bareskrim Polri dan polisi yang bersama mereka memintanya menonaktifkan ponsel.
Saya sempat bermain dengan pikiran sendiri. Saya sempat panik karena tidak tahu Mas Bambang ditangkap dalam konteks apa. Lalu saya bilang pada Ilmi, sepertinya saya harus segera merapikan diri dan menyusul ayahnya. Saya langsung ganti baju dan memanaskan mobil. Dalam pikiran saya, saya harus melewati kembali jalan yang dilewati Mas Bambang tadi pagi. Siapa tahu dia masih ada di situ dan saya bisa membantunya.
Waktu itu memang tidak terpikir bahwa yang terjadi akan sedarurat itu. Sebetulnya Izzat mengirim pesan di Line sekitar pukul 07.30-08.00, tapi Ilmi baru membacanya pukul 08.30. Sebelumnya, saya mulai heran, kok, Mas Bambang dan Izzat tak kunjung pulang. Sebab, Mas Bambang sudah harus berangkat ke kantor. Ajudan dan sopirnya sudah siap menunggu di rumah. Setelah membaca Line dari Izzat, barulah kami tahu soal penangkapan itu.
Saya langsung menelepon guru kelas Taqi untuk mengetahui keberadaan Taqi. Ilmi terus berusaha mengontak Izzat. Ketika akhirnya tersambung, saya bertanya pada Izzat di mana mereka? Rupanya mereka sudah sampai di Bareskrim. Saya lalu minta bicara pada Mas Bambang, yang langsung berusaha menenangkan saya layaknya para suami yang sedang berusaha menenangkan istri. Mas Bambang mengatakan dia tidak apa-apa, dan seterusnya.
Malah Menginterograsi
Saya langsung berpikir, kalau sampai ditangkap di Bareskrim, berarti ini sesuatu yang darurat. Firasat saya mengatakan kalau saya bisa berkomunikasi dengan Mas Bambang, pasti waktunya sangat terbatas. Jadi, saya langsung memotong ucapan Mas Bambang. "Abi mohon diam, tidak usah menjelaskan apa-apa, Abi jawab saja pertanyaan saya," potong saya waktu itu. Saya lalu menanyakan lagi di mana dia berada dan dalam rangka apa ke sana.