Curhat Istri Bambang Widjojanto: "Ini Momentum yang Sayang untuk Dilewatkan" (1)

By nova.id, Minggu, 1 Maret 2015 | 06:13 WIB
Curhat Istri Bambang Widjojanto Ini Momentum yang Sayang untuk Dilewatkan 1 (nova.id)

Mas Bambang mengatakan ia ditangkap. Siapa yang menangkap? "Polisi," jawab Mas Bambang. Saya bertanya lagi, berapa orang yang menangkap? Lalu dijawab kembali. Pertanyaan saya berikutnya adalah apakah ada surat penangkapannya? Akhirnya, malah saya yang menginterograsi, ya. He he... Terakhir, saya memastikan apakah Mas Bambang betul ada di Bareskrim. Setelah itu, hati dan pikiran saya tenang.

Lalu saya tanya lagi Izzat akan pulang bersama siapa? Menurut Mas Bambang, Izzat akan pulang diantar Kapolsek Sukamaju, polsek wilayah di mana kami tinggal. Yang pertama terlintas dalam pikiran saya saat itu adalah saya harus mengabarkan soal penangkapan itu pada ajudan Mas Bambang dan saya harus segera menghubungi orang yang bisa membantu dia untuk penanganan hukum, karena saya otomatis tidak bisa masuk ke dunia itu.

Jadi, saya menelepon salah satu sahabat Mas Bambang untuk memberitahu soal penangkapan itu dan minta beritanya dihentikan dulu untuk mengetahui perkembangannya. Beberapa menit kemudian, sahabat Mas Bambang ini memberitahu lewat telepon bahwa berita tidak bisa dihentikan karena sudah menyebar di portal berita online. Saya memutuskan untuk berbagi tugas. Urusan hukum saya serahkan pada beliau dan saya mengurus keluarga.

Saya langsung menelepon Ghazian Shidqi, anak kami yang duduk di bangku SMA, dan menyuruhnya segera pulang. Rupanya, dia sudah mendengar berita penangkapan ayahnya dari temannya. Saya segera menjemput Taqi di sekolah. Saya pikir, dalam kondisi seperti itu sebaiknya saya dan anak-anak berkumpul di rumah. Saya harus melindungi Taqi karena dia masih sangat kecil.

Saya tidak mau informasi yang ia dengar berasal dari orang lain. Jadi harus saya yang memberitahunya. Namun, beberapa guru termasuk guru kelas serta sahabat saya yang sedang mengantar anaknya sekolah juga sudah tahu. Mereka memberi dukungan pada saya. Di mobil, saya pelan-pelan memberitahu Taqi soal penangkapan ayahnya. Ternyata, reaksi Taqi biasa saja. He he.

Mobil Dipepet

Sambil menyetir, saya banyak menerima telepon dari teman-teman dan saudara. Ternyata, informasi yang beredar simpang siur. Ada yang mengatakan kemungkinan Mas Bambang diculik karena Wakapolri mengatakan bahwa tidak ada penangkapan. Pada setiap orang yang menelepon, saya berusaha meyakinkan dan menenangkan mereka bahwa Mas Bambang ada di Bareskrim dan saya sudah berbicara dengannya.

Saya minta mereka tidak panik karena insya Allah Mas Bambang tidak apa-apa. Akhirnya, malah saya yang sibuk menenangkan orang lain. Di mobil, saya minta Taqi membuka dan memakan bekalnya, karena khawatir setelah sampai di rumah suasananya akan crowded. Benar saja, ketika kami sampai di rumah, sudah banyak wartawan datang. Ada juga beberapa teman saya yang datang. Ghazian sudah pulang, begitu juga dengan Izzat yang kemudian saya suruh mandi dulu.

Setelah salat Dzuhur, barulah saya menemui para wartawan. Sorenya, saya mengajak Izzat bicara soal kronologi penangkapan. Sengaja awalnya saya tidak mau bicara soal itu dulu karena enggak mau tahu proses itu dan harus berpikir ke depan. Jadi, menjelang Magrib barulah saya ajak dia bicara. Agak prihatin juga setelah mendengar cerita Izzat dan sempat berpikir, ternyata sampai segitunya proses penangkapan Mas Bambang.

Menurut cerita Izzat, sekitar 200 meter dari sekolah Taqi, mobil yang dikendarai Mas Bambang dipepet sebuah mobil. Belakangan setelah Mas Bambang pulang, saya tanya siapa yang memepet mobil. Ternyata Kapolsek Sukamaju. Setelah memepet, Kapolsek mengatakan ada pemeriksaan mobil. Mas Bambang dipersilakan turun. Ketika dia turun itulah, orang-orang Bareskrim datang dan memberikan surat penangkapan.

Menurut Izzat, ayahnya sempat membaca dan memprotes beberapa poin di surat penangkapan itu yang tidak sesuai. Namun, orang Bareskrim langsung menarik surat itu dan tangan Mas Bambang juga langsung ditarik ke belakang, hendak diborgol. Saat itulah Mas Bambang sedikit mengadakan perlawanan dengan tidak mau diborgol ke belakang, maunya diborgol ke depan.